MENTERI Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga dokter dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa. Budi mengatakan, saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 140.000 dokter aktif, angka yang masih jauh dari standar WHO, yaitu satu dokter umum berbanding 1.000 penduduk.
“Kalau kita punya 140.000, WHO bilang harusnya 270.000 (untuk di Indonesia), tentu dokter yang kita punya kurang. Mau bagaimanapun argumentasi kita, memang kenyataannya kita kurang jumlah dokter,” ujar Budi dalam pemaparannya pada Muktamar Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) di Jakarta, Jumat (10/6/2022).
Budi mengungkapkan, hal tersebut menjadi salah satu pekerjaan rumah terkait transformasi kesehatan yang dititipkan oleh Presiden Joko Widodo kepadanya.
Baca Juga:Bukan Tim SAR Tetapi Guru SD, Ini Profil Lengkap Geraldine BeldiSosok Guru Geraldine Beldi yang Berhasil Melihat Jasad Eril, Begini Kesaksiannya di Depan Kang Emil
Dalam rangka mengakselerasi munculnya dokter umum dan spesialis di tanah air, Budi berharap institusi lembaga pendidikan dan Aipki mau bergotong royong dalam memunculkan strategi percepatan itu.
“Saya butuh sekali bantuan teman-teman dari berbagai stakeholder pendidikan kedokteran untuk menciptakan lebih banyak dan cepat dokter. Agar mereka lebih cepat untuk memberikan layanan bagi masyarakat Indoensia. Saya percaya kalau kita bisa cepat dan tingkatkan, maka ini akan jadi legacy yang mendukung kesejahteraan anak kita,” kata dia.
Pada kesempatan itu Budi juga menyebutkan adanya kesenjangan kualitas fakultas kedokteran di Indonesia. Menurut dia, setiap daerah memiliki kualitas fakultas kedokteran yang berbeda. Untuk itu, dia menyatakan, akselerasi pemyamaan kualitas harus dilakukan.
“Harus ada akselerasi untuk penyamaan kualitas ini, juga secara jumlahnya, kita harus bikin fakultas kedokteran di Papua, di Maluku Utara, Sulawesi Barat,” kata Budi.
Budi ingin agar fakultas kedokteran yang sudah baik di daerah harus menularkan peningkatan kualitas bagi fakultas kedokteran lain yang ada di daerah tersebut. Dengan demikian, dia berharap, kualitas setiap fkultas kedokteran akan semakin merata.
“Jangan biarkan terjadi ketimpangan fakultas kedokteran di Indonesia,” ungkap Budi.
Dia juga berharap agar fakultas kedokteran mampu membuat program-program studi dokter spesialis.
Dia menilai, saat ini pembuatan program studi dokter spesialis sangat susah untuk dilakukan. Karena itu dia melihat penyebaran program studi spesialis di Indonesia juga masih belum merata. (*)