Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari yang disusunnya pada tahun 1720,. agaknya Pangeran Aria Cirebon merasa bahwa ia harus tetap menjunjung tinggi kebesaran Kesultanan Cirebon, kebesaran pendirinya yaitu Sunan Gunung Jati meskipun pada saat itu Cirebon hanyalah vassal VOC.
Ada beberapa cara untuk menjunjung tinggi leluhur atau pendiri dinasti dalam budaya politik tradisional di Nusantara, antara lain dengan pembuatan silsilah yang menunjukkan adanya kontinuitas (kesinambungan ) kerajaan dengan kerajaan yang ada sebelumnya. Dalam naskah tersebut Pangeran Aria Cirebon mengisahkan tentang asal-usul Sunan Gunung Jati yang ditarik terus hingga Nabi Muhammad SAW, dan juga mengait dengan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang legendaris itu.
Diceritakan bahwa pendiri Cirebon adalah Raden Walangsungsang, putera Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi, dari isterinya yang bernama Nyai Subanglarang, murid Syekh Quro, ulama pertama di Tatar Sunda yang mendirikan pesantren di Karawang. Setelah Nyai Subanglarang meninggal dunia, Raden Walangsungsang dan adiknya yang bernama Nyai Rara Santang, meninggalkan Pakuan dan pergi berguru kepada Ki Gedeng Danuwarsih, seorang pendeta Budha. Raden Walangsungsang kemudian menikah dengan putri Ki Danuwarsih. Selanjutnya, Walangsungsang bersama istri dan adiknya kemudian pergi berguru kepada Syekh Datuk Kahpi di Amparan Jati selama tiga tahun. Setelah cukup berguru ilmu agama Islam, Walangsungsang kemudian membuka hutan lalang, yang dikenal sebagai Tegal Alang-alang dan membangun sebuah gubug serta sebuah tajug dimulai pada tanggal 1 Syura 1358 (tahun Jawa) bertepatan dengan tahun 1445 Masehi. Perkampungan ini lama kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai karena berdatangan orang untuk bermukim dan berdagang di tempat itu sehingga Tegal Alang-alang pun berubah menjadi Caruban, yang nantinya menjadi Cirebon. Ki Gedeng Alang-alang diangkat oleh masyarakat baru menjadi Kuwu Caruban yang pertama.
Baca Juga:Raden Achmad Opan Safari Hasyim: Saya Diundang ke Israel, Telusuri Nama Sunan Gunung Jati dengan nama Syaikh Israel Ibnu MaulanaMUI: Jenazah Eril Tetap Dimandikan dan Disholatkan Jika Kondisinya Baik
Syekh Datuk Kahpi kemudian meminta agar Raden Walangsungsang berangkat ke Mekah untuk melakukan ibadah haji dan menambah ilmu agama Islam bersama adiknya, Rarasantang. Dalam perjalanan ibadah haji itu, Rarasantang dinikahi oleh Syarif Abdullah, Sultan Mesir, yang silsilahnya bila ditarik terus ke atas, adalah keturunan Nabi Muhammad dari puterinya Siti Fatimah, dalam urutan ke-22. Dari pernikahan ini lahir dua orang anak yaitu Syarif Hidayatullah (1448) dan Syarif Arifin (1450).