GUBERNUR Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi menyatakan bahwa jika dirinya menjadi Presiden Rusia, Vladimir Putin, dia mengaku sudah menyerang Ukraina sejak tiga tahun lalu.
Hal itu disampaikan Edy saat menjadi keynote speaker pada kegiatan Sumatranomic ke-3 yang diadakan Bank Indonesia (BI) di Medan, Senin (6/6).
Awalnya, Edy berbicara tentang dampak Pandemi Covid-19 pada perekonomian Sumatera Utara. Eks Pangkostrad tersebut meminta harus ada perbaikan ekonomi di Sumut.
Baca Juga:Sri Mulyani Pastikan Tak Akan Berikan Bantuan Sepeser pun untuk Merpati Air, ini AlasannyaKemen LHK: 793 Ribu Hektare Hutan Kalteng Dikuasai Korporasi Sawit dan Tambang Ilegal
“Ekonomi kita perlu dipertanyakan perlu perbaikan. Yang katanya covid, akibat covid, terus Rusia nyerang Ukraina. Macam itu lah. Ini yang perlu kita diskusikan,” kata Edy.
Menurut Edy, invasi Rusia ke Ukraina turut mempengaruhi perekonomian Sumut. Hanya saja pengaruhnya tidak terlalu besar.
“Tak ada pengaruhnya itu, pengaruh kecil lah. Migas dari Rusia, minyak dari Rusia, tak juga kita jual minyak kok. Di Sumut ini ada kok tambang minyak. Kita juga belum pakai kok itu,” kata Edy.
Edy lantas menyinggung saat dirinya dimintai tanggapan terkait invasi Rusia ke Ukraina. Menurut Edy, jika menjadi Putin, ia sudah menyerang Ukraina sejak tiga tahun lalu.
Rusia melakukan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 yang lalu. Hingga kini invasi itu masih terus dilakukan.
“Ada pengaruhnya (invasi Rusia ke Ukraina) sedikit. Yang diserang oleh Rusia. Saya ditanya, bagaimana pendapat bapak pengaruh ekonomi terkait diserangnya Ukraina oleh Putin. Saya katakan, kalau saya yang jadi Putin, sudah tiga tahun yang lalu Ukraina saya serang,” ujar Edy.
Sebab, menurut Edy, Ukraina yang merupakan negara kecil telah mengganggu stabilitas negara Rusia.
Baca Juga:Media Ukraina: Bencana Militer Ukraina, Persatuan Elit Politik Runtuh hingga Wacana Zelensky DikudetaVolodymyr Zelensky Ungkap Rasa Takut, Ada Upaya Pembunuhan oleh Pasukannya Sendiri atau Penyusup Barat
“Ada negara kecil yang mengganggu stabilitas. Negara kecil yang mengatur dan segala macam. Makanya saya tak menjadi presiden Rusia,” ungkap Edy. (*)