BADUY adalah suku asli Indonesia yang mendiami kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Banten Selatan.
Orang Baduy menyebut diri mereka Urang Kanekes. Urang berarti orang dalam bahasa Sunda, Kanekes adalah nama daerah tempat tinggal mereka.
Menurut keyakinan Suku Baduy, mereka adalah keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.
Baca Juga:Puan Maharani-Prabowo Subianto Pasangan Ideal, Pertemuan Tak Biasa Nasdem-GerindraIni Isi Pertemuan Dua Sahabat, Surya Paloh-Prabowo Subianto
Sebagai orang pertama di bumi, suku Baduy harus mengikuti serangkaian aturan ketat untuk mencegah terjadinya bencana. Mereka akan selalu menjaga keutuhan lingkungan, kelestarian hutan dan keseimbangan alam.
“Mereka percaya jika Nabi Adam turun di wilayahnya,” kata pengamat budaya Baduy, Uday Suhada, dikutip delik.news, (2/6).
Jadi, Suku Baduy menganggap wilayahnya sebagai asal mula terjadinya bumi. Dan Arca Domas, sebagai tempat diturunkannya cikal bakal orang Baduy, adalah pancer bumi atau pusat dunia/ inti jagat.
Selain itu, Arca Domas juga dianggap sebagai tempat berkumpulnya para arwah leluhur atau nenek moyang mereka.
Para leluhur tersebut sering datang ke kampung-kampung melalui leuweung kolot (hutan primer) dan leuweung lembur (hutan kampung) untuk menjaga keturunannya.
Sementara para pemimpin Baduy yang dikenal dengan sebutan pu’un diketahui sering melakukan ritual di Arca Domas untuk menenangkan arwah leluhur atau nenek moyang mereka.
Tak heran bila Arca Domas dianggap sangat sakral untuk suku Baduy.
Baca Juga:Deddy Corbuzier Pamit dari Medsos, Warganet: Khusuk Ibadah Haji, HP DisimpanBerpelukan, Surya Paloh-Prabowo Subianto
Yang menarik, lokasi dari Arca Domas ini selalu dirahasiakan. Tak ada seorangpun, kecuali suku Baduy, yang tahu lokasi arca tersebut.
Sejumlah peneliti Eropa pernah mengklaim telah menemukan lokasi Arca Domas.
Namun, keterangan tentang Arca Arca Domas yang dituliskan oleh para peneliti ini berbeda-beda sehingga banyak yang meragukannya.
Konon, Arca Domas terletak di sebuah bukit berteras di hulu Sungai Ciujung.
Meskipun Arca Domas identik dengan suku Baduy, Thomas Stamford Raffles pernah menyinggung soal arca ini dalam bukunya yang berjudul “History of Java” (1817).
Dalam buku itu Raffles menyebutkan terdapatnya patung-patung batu di Buitenzorg dan di Recha Domas, dua daerah yang berhubungan dengan kerajaan Sunda kuno, Pajajaran.