SEORANG diplomat China mengancam bakal mengurasi relasi mereka dengan Israel dan memutus hubungan dengan media lokal The Jerusalem Post.
Ancaman ini muncul setelah media itu mempublikasikan hasil wawancara dengan Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu di situs mereka, Senin (30/5).
Pemimpin Redaksi The Jerusalem Post, Yaakov Katz, mengaku mendapatkan telepon dari Kedutaan China pada Selasa (31/5).
Baca Juga:Lubang Misterius Sedalam 10 Meter di Area Persawahan Bandung BaratIni Tanggapan Summarecon Terkait Uang Rp1 Miliar ke Rahmat Effendi
“Mendapatkan telepon dari Kedutaan China. Tampaknya, saya harus menurunkan cerita atau mereka bakal memutus hubungan dengan @Jerusalem_Post dan mengurangi relasi dengan negara Israel,” kata Katz dalam akun Twitternya, Selasa (31/5).
https://twitter.com/yaakovkatz/status/1531324166871334914?t=bPDmocOXRgPIm89dZCJQUg&s=19
Dalam artikel tersebut, Menlu Wu memperingatkan Israel bahwa Tel Aviv terlalu bergantung dengan China. Ia juga mengatakan Beijing siap menginvasi Taiwan.
“China merupakan negara otoriter dan mereka melakukan bisnis dengan filosofi yang sangat berbeda. Kadang mereka menggunakan perdagangan sebagai senjata, dan kita telah melihat mereka mempraktikkan hubungan senjata perdagangan ini dengan banyak negara,” kata Wu kepada The Jerusalem Post dalam wawancara video.
https://twitter.com/Jerusalem_Post/status/1531305394814996480?t=opvHeJ7_pgZisKu0Cb6J2A&s=19
“Kita tak seharusnya mengizinkan hubungan bisnis seperti ini mengancam keamanan nasional kita. Dan saya mengerti dengan sangat baik bahwa Israel juga menempatkan keamanan nasional sebagai hal penting dalam agenda pemerintah,” lanjutnya.
Selain itu, Wu mengaku ancaman militer China ke Taiwan semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, ini bukan pertama kalinya China mengkritik publikasi dari The Jerusalem Post.
Baca Juga:Jaksa KPK: Rahmat Effendi Terima Rp1 Miliar dari SummareconKPPU Ada Kejanggalan Pergerakan Harga Minyak Goreng Saat Larangan Ekspor CPO
China sempat mengirimkan surat yang mengkritik artikel opini media itu pada 10 Mei lalu. Menurut China, publikasi itu merupakan bentuk artikel anti-China yang ditulis oleh tokoh separatis Xinjiang.
“Kami dengan tegas membantah dan sangat mengecam The Post, yang mengabaikan fakta bahwa Xinjiang merupakan bagian dari wilayah China, malah memberikan ruang bagi separatis kemerdekaan Xinjiang dengan merilis artikel anti-China mereka,” demikian pernyataan Kedubes China ke Israel kala itu. (*)