“Petugas melaporkan mendengar setidaknya 25 tembakan datang dari dalam kelas di awal pengepungan,” ujar Escalon.
Interval selama satu jam sebelum patroli perbatasan menyerbu pelaku, bertentangan dengan pendekatan yang diadopsi oleh banyak lembaga penegak hukum untuk segera menghadapi “penembak aktif” di sekolah agar menghentikan pertumpahan darah.
Ketika ditanya apakah polisi seharusnya masuk secara massal lebih cepat, Escalon menjawab, “Itu pertanyaan yang sulit”. Dia menambahkan bahwa pihak berwenang akan menawarkan lebih banyak informasi saat penyelidikan berlanjut.
Baca Juga:Beredar Via WA Group, Info Kabar Klaim Sumber dari Dubes RI di Swiss Soal Putra Kang Emil, Begini Klarifikasi KBRI BernPawang Hujan Rara Isti Wulandari Ramal Keberadaan Putra Ridwan Kamil yang Hilang di Sungai Aare Swiss
Escalon menggambarkan adegan kacau setelah baku tembak awal, dan petugas meminta bantuan serta mengevakuasi siswa dan staf. Dalam satu video yang diunggah di Facebook oleh seorang pria bernama Angel Ledezma, terlihat menerobos garis kuning polisi dan meneriaki petugas untuk masuk ke gedung.
“Sudah satu jam, dan mereka masih belum bisa mengeluarkan semua anak,” kata Ledezma dalam video tersebut.
Video lain yang diunggah di YouTube menunjukkan, petugas menahan setidaknya satu orang dewasa. Seorang wanita terdengar berkata, “Mengapa membiarkan anak-anak mati? Ada penembakan di sana.” “Kami menyuruh orang-orang masuk untuk mendapatkan anak-anak”. Kemudian seorang petugas memberikan pemberitahuan bahwa polisi sedang berupaya menanganinya. (*)