SETIAP partai politik selalu memiliki figur-figur yang secara kultural tidak mudah beralih kepada kelompok yang berbeda kulturnya.
Atas alasan itu, pengamat komunikasi politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Dadang Rahmat menilai potensi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dikudeta oleh Presiden Joko Widodo belum signifikan.
Penilaian ini disampaikan lantaran sudah muncul analisa terkait pengambilalihan kekuasaan Megawati oleh Jokowi.
Baca Juga:Tahapan Pemilu 2024, KPU Sebut Ada Potensi Gesekan di MasyarakatInterupsi PKS Mikrofon Mati, Sekjen DPR: Diatur Secara Otomatis Setelah Menyala Selama 5 Menit
“Kalau misalnya Golkar, Golkar itu relatif kalau dulu di awal-awalnya selalu militer, ke sininya pengusaha, dan bisa dari kelompok manapun, dari faksi-faksi yang selama ini ada di Golkar. Itu dinamis,” tegasnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (24/5).
Begitu juga dengan PKB, menurutnya, partai ini tidak akan jauh dari lingkar-lingkar NU. Di partai ini juga pengaruh keluarga Gus Dur terbilang signifikan.
Kembali ke PDIP. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad ini menilai bahwa cita rasa banteng moncong putih sangat kental dengan keluarga Bung Karno.
Memang ada kemungkinan Megawati dikudeta seperti Gus Dur dikalahkan Cak Imin. Sebab dalam politik semua kemungkinan bisa saja terjadi.
Tapi peluang itu teramat kecil. Ini lantaran PDIP dibangun dengan landasan ideologis yang kultural, yakni ideologis dari keluarga Bung Karno.
“Kecuali kalau nanti dari keluarga Bung Karnonya sendiri yang kemudian melepaskan,” tutupnya. (*)