“Jangan ambil resiko, tidak selalu keputusan pemerintah terdistribusi dengan baik ke bawah. Mau bilang apa kalau petugas di bandara meminta bukti swab PCR dan itu menjelang keberangkatan?Itu argumen mereka. Ada benarnya.
Saya urut dada saja dinasehati oleh anak seperti itu. Artinya, cash out lagi. Saya dan istri membayar 290 dolar Australia (sekitar Rp 3 juta) ketika kemarin pagi melakukan test PCR Swab di Melbourne Patologi, North Melbourne.
Petugas yang menangani amat cekatan. Namanya Swastika, muda, cantik, berkebangsaan Italia. Namanya mirip nama orang Bali. Dia hanya tertawa ketika saya menyinggung itu. Dalam hatinya mungkin menyindir saya, “ah cerewet juga nih si kakek”. Sayang ketika istri membuat foto waktu saya diswab, wajah Swatika tak masuk.
Baca Juga:Saatnya Bubarkan Orde Reformasi, Kembalikan Ke Jaman Pak Harto SajaBerikan Arahan ke Peserta Apel Komandan Kesatuan, KSAD Dudung Abdurachman: TNI AD Harus Hadir di Tengah Kesulitan Masyarakat
Laboratorium ini memang khusus melayani visitor. Makanya mahal. Ketika saya lewat di Mall Emporium sepulang dari Swab, ada aksi bagi-bagi gratis Kit Swab Antigen dan masker. Kami kebagian juga. Begitu juga saat mengunjungi Masjid Agung Melbourne, disediakan masker dan kit Antigen gratis.
Meski sudah yakin dengan hasil negatif tapi waktu menunggu sempat dag dig dug juga. Dua minggu lalu pengalaman menantu saya di Singapura mendapat hasil positif dari test PCR sehari sebelum kembali ke Tanah Air. Paniklah dia. Terpaksa kontak Dubes RI di Singapura, YM Suryopratomo yang kebetulan sahabat saya. Menantu kemudian test ulang, dan hasilnya negatif. Dia pun selamat bisa balik Jakarta pas waktunya.
Selama di Melbourne setiap tiga hari saya test Swab Antigen. Saya bawa sendiri satu box kit Antigen dari Tanah Air.
Meski sejak Februari pembatasan kegiatan masyarakat sudah dicabut, orang bebas tanpa masker di ruang terbuka, namun angka penularannya masih tinggi. Per 23 Mei 11. 606 kasus. Segitu angkanya rerata dalam seminggu terakhir. Melbourne atau Australia memang masih masuk 10 besar angka penularan Covid-19 tertinggi di dunia. Amerika Serikat top rangking : per 23 Mei 133 ribu kasus. Atau rerata harian 108.034 dalam seminggu.
Artinya, virus itu masih berkeliaran. Terlepas virus ganas atau virus kelas cemen. Di seluruh dunia per 23 Mei penularan Covid19 masih tercatat 511.252 kasus. Atau rerata harian 542.723 dalam seminggu. Jadi tetaplah waspada. Waspada lebih baik. Di Melbourne saja pun, sebagian masyarakat berlaku bijak merespons peraturan pemerintah melonggarkan aktivitas sosial.