Sembilan mata air tersebut diantaranya Mata air Cirebon (Banyu Cirebon Kauripan), Pancuran Mas atau air kejayaan, Balong Panganten, Sumur Pakungwati, Sumur Jago, Panggupakan (buat mandi kerbau bule) Sumur Kedung Kencana Wungu, Sumur Sekar Pandan dan Sumur Jaka Tawa.
Masing-masing sumur memiliki khasiat masing-masing dan posisinya berpencar. Khusus untuk sumur Pancuran Mas atau air Kejayaan banyak dimanfaatkan untuk mendapat berkah dan menghilangkan segala penyakit termasuk penyakit guna-guna.
Posisi sumur ini berada paling bawah dan tidak sembarangan orang bisa masuk harus seijin sang kuncen karena berada di dalam ruangan, menyatu dengan Batu Lumbung Grobog. Sedangkan Sumur Panganten memiliki khasiat untuk pengasihan terutama yang ingin memiliki jodoh, lokasinya tidak jauh dari lokasi Sumur Pancuran Mas.
Baca Juga:1.000 KK Terdampak Banjir Rob di Pantura BrebesSkor 3-0, Raih Gelar Scudetto AC Millan Bungkam Sassuolo
Batu-batu yang disakralkan disebut dengan Batu Lumbung Grobog (Batu Gudang), Batu Pedadaran, Batu Perahu dan Batu Gajah. Batu Lumbung Grobog atau Batu Gudang diyakini warga adalah batu tempat penyimpanan pusaka keraton atau gudang keraton.
Konon Goong Sekati, Gamelan Renteng dan Gamelan Wayang juga tersimpan di lokasi tersebut. Banyak penziarah yang sering mendengar suara gamelan berbunyi dari lokasi itu.
Menurut kisah setempat saat pihak Kerajaan Cirebon hendak menabuh gamelan saat perayaan yang dilakukan tanggal 8 mulud selalu mendengar suara goong di lokasi tersebut terlebih dahulu.
Tidak jauh dari Batu Gudang terdapat sebuah batu yang dibungkus kain putih. Posisi batu itu menghadap kiblat dan pas buat senderan. Konon batu itu sering dimanfaatkan oleh Mbah Kuwu untuk berwirid atau bermunajat kepada Tuhan.
Sekitar 50 meter di atas batu Lumbung Grobog terdapat Batu Pedadaran yang berada di tengah pelataran yang datar. Batu itu pada Jaman Ki Ageng Kasmaya sering dimanfaatkan untuk tirakat. Sedikit arah timur terdapat sebuah batu mirip kepala gajah. Masyarakat mengenalnya dengan sebutan batu Gajah. Lokasi tersebut sering digunakan kaum brahmana pada masa sebelum Islam untuk bertapa dan mencari wangsit.
Berjalan kira-kira 20 meter menelusuri sungai Cibening akan menemukan batu besar mirip perahu bagian depan. Warga pun memberi nama batu itu sebagai Batu Perahu. Kisah mistis Batu Perahu sering dimanfaatkan “eunterup” burung Garuda dan Naga. Bahkan sering ditemukan orang dengan tubuh tinggi besar.