KI Ageng Kasmaya atau Giridewata pernah memerintah di Cirebon Girang.
Ki Ageng Kasmaya menjadi raja kecil dibawah kekuasaan Galuh saat ayahnya yang bernama Mangkubumi Bunisora Suradipati menjabat sebagai Raja Sunda Galuh di Kawali, menggantikan Prabu Linggabuana yang meninggal di Bubat . Jabatan itu untuk mewakili pewaris takhta yang sah, yaitu putra Prabu Linggabuana bernama Niskala Wastu Kancana yang saat itu masih berusia 9 tahun.
Ki Ageng Kasmaya diangkat sebagai penguasa Cirebon Girang dan menjadikan lokasi Gunung Cimandang atau Gunung Cangak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Lokasi itu ditunjang dengan bentang alam yang subur dan nyaman untuk pusat pemerintahan.
Cirebon Girang merupakan kelanjutan dari kerajaan Indraprahasta dan Wanagiri. Dari pernikahan Ki Ageng Kasmaya dengan putri Prabu Ganggapermana, penguasa Wanagiri, maka lahirlah Ki Gedeng Cerbon Girang. Maka sekitar tahun 1445 M, wilayah Wanagiri bernama Cerbon Girang.
Baca Juga:1.000 KK Terdampak Banjir Rob di Pantura BrebesSkor 3-0, Raih Gelar Scudetto AC Millan Bungkam Sassuolo
Setelah Pangeran Cakrabuana menjadi kuwu Cerbon menggantikan mertuanya, yaitu Ki Danusela, Cirebon Girang berada dibawah kekuasaan Pangeran Cakrabuana. Hal itu dapat dimengerti karena Ki Gedeng Carbon Girang adalah mertua Ki Danusela. Putra Ki Ageng Kasmaya lainnya selain Ki Gedeng Carbon Girang yaitu Ki Gedeng Sanggarung, Indang Sakati, Lara Ruda dan Ratna Kranjang.
Ki Gedeng Kasmaya adalah putra tertua Mangkubumi Bunisora Suradipati yang berkuasa di Kerajaan Sunda Galuh Kawali tahun 1357-1371 Masehi. Ia memiliki 3 orang adik, yaitu Bratalegawa (haji pertama di tanah Sunda), Ratu Banawati (ratu di wilayah Galuh) dan Dewi Mayangsari yang kemudian diperistri oleh Prabu Niskala Wastu Kancana.
KI Gedeng Kasmaya diyakini dimakamkan di Cirebon Girang, situs dan sisa-sia peninggalan termasuk pemakamannya hingga kini dapat dijumpai di Cirebon Girang.
Saat itu, tim delik.news menelusuri situs Keramat Cimandung, Desa Krandan, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Berdasarkan informasi budaya tutur yang berkembang, diketahui tentang keberadaan situs Mbah Kuwu. Lokasi tersebut pernah dimanfaatkan oleh Ki Gede Alang-alang dan Cakrabuana. Gunung Cimandung diyakini Kadari sebagai istana kerajaan.
Banyak masyarakat yang ziarah, secara spiritual melihat bangunan keraton. Padahal kondisinya hutan belantara. Di lokasi gunung yang luasnya mencapai 20 hektar itu juga terdapat sembilan mata air dan empat buah batu besar yang disakralkan.