PEMERINTAH Ukraina mengatakan tidak akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia yang melibatkan penyerahan wilayah.
Penguatan jelas posisi Ukraina terjadi sehari setelah Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan perang hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi.
Penasihat Presiden Mykhaylo Podolyak mengatakan konsesi akan mengarah pada serangan Rusia yang lebih besar dan lebih berdarah.
Baca Juga:Batik Air Gagal Terbang dari Bandara Juanda, Begini PenjelasannyaSaham Tesla Merosot, Harta Elon Musk Berkurang Senilai Rp718 Triliun
Komentarnya muncul saat Rusia terus berupaya mengepung pasukan Ukraina yang mempertahankan Severodonetsk di timur.
Dalam perkembangan lain, Presiden Polandia Andrzej Duda telah menjadi pemimpin asing pertama yang berpidato di parlemen di Kyiv secara langsung.
Dia menerima tepuk tangan meriah saat dia menyatakan bahwa hanya orang Ukraina sendiri yang bisa memutuskan masa depan mereka.
Dia menambahkan bahwa Polandia akan melakukan apa saja untuk membantu Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE).
Namun, Menteri Eropa Prancis, Clément Beaune, mengatakan dalam sebuah wawancara radio pada Minggu (22/5/2022) bahwa mungkin diperlukan “15 atau 20 tahun” bagi Ukraina untuk diterima sebagai anggota UE.
Saat pertempuran berlanjut, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan dalam pembaruan hariannya bahwa pasukan Rusia berusaha menerobos pertahanan Ukraina untuk mencapai perbatasan administratif wilayah Luhansk paling timur negara itu.
Gubernur regional Luhansk, Serhiy Haidai, mengatakan Rusia telah berusaha masuk ke Severodonetsk dari empat arah yang berbeda.
Baca Juga:27 Mei, Asteroid Berukuran 18 Kali Monas Meluncur ke Arah Bumi dengan Kecepatan 47.200 Mil per JamKolonel Korps Garda Revolusi Iran Terbunuh
Menulis di aplikasi perpesanan Telegram, dia mengatakan upaya itu tidak berhasil, tetapi penembakan di daerah pemukiman terus berlanjut.
Dia menambahkan bahwa jembatan yang menghubungkan kota ke Lysychansk di dekatnya telah hancur.
BBC sulit memverifikasi klaim secara independen.
Ada seruan di beberapa negara Barat untuk gencatan senjata yang dapat melibatkan pasukan Rusia yang tersisa di beberapa wilayah yang mereka duduki di selatan dan timur Ukraina sejak Moskow menginvasi negara itu pada 24 Februari lalu.
Baru-baru ini, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan kepada Senat negaranya pada hari Kamis bahwa gencatan senjata “harus dicapai sesegera mungkin”.
Namun Podolyak mengatakan bahwa tindakan seperti itu akan menjadi bumerang.
“Perang tidak akan berhenti. Itu hanya akan dihentikan untuk beberapa waktu,” katanya.