Lebih lanjut, Sumarni mengungkapkan, kearsipan adalah bidang profesional yang membutuhkan tenaga ahli spesialis.
“Arsip memiliki nilai penting bagi kegiatan pendidikan seperti penelitian dan penulisan, terutama yang terkait dengan soal sejarah,” ujarnya yang menggeluti dunia kearsipan hampir dua puluh lima tahun.
Dalam sebuah kesempatan, Sumarni mendemonstrasikan perawatan arsip. Satu persatu arsip itu di bersihkan. Jika ada yang terlipat, dirapikan.
Baca Juga:Kementerian ESDM Buka Suara Terkait Penyebab Semburan Liar Disertai Gas H2S di PLTP Sorik MarapiRSCM Beberkan Total 14 Kasus Diduga Hepatitis Akut Misterius Ditemukan di 6 Provinsi Tak Terkait Covid-19
“Intinya bahwa arsip terbagi dua yaitu arsip dinamis dan statis. Arsiparis menelusuri arsip statis yang mengandung nilai guna sejarah. Jadi sebenarnya arsip hasil penelusuran atau arsip yang tersimpan di kantor arsip itu open tidak ada yang tertutup. Oleh karena arsip yang dimaksud bisa digunakan sebagai bahan kajian bagi para sejarawan atau pengguna arsip lainnya,” tuturnya.
Terkait arsip yang tertutup, imbuh Sumarni, atau mengandung rahasia berada di pencipta arsipnya karena masuk kategori arsip dinamis.
“Arsip yang ada di Dispusip itu terbuka bagi publik, asal sesuai dengan prosedur peminjaman. Tertutup bagi publik yang tidak menempuh prosedur peminjaman. Intinya, informasi yang terkandung dalam arsip tidak salah sasaran,” ungkapnya.
Sumarni menambahkan naskah kuno tergolong arsip. “Hanya konten isi infornasinya itu di bilang arsip. Jika naskah kuno itu hanya satu maka dianggap arsip. Namun, setelah diteliti ada dua maka dianggap karya cetak. Hal ini telah diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 1971 tentang Kearsipan, “ imbuhnya.
UNESCO telah meluncurkan program Memory of The World sejak tahun 1992 yang ditujukan untuk memfasilitasi pelestarian semua kekayaan budaya yang berupa arsip. Selain pelestarian, program ini juga untuk memperluas akses dari warisan dokumenter tersebut, serta meningkatkan kesadaran akan keberadaan dan manfaat arsip-arsip tersebut sebagai memori kolektif dunia.
Sumarni juga berharap Museum Diorama Kota Cirebon segera terwujud.
“Setelah kembali ke masyarakat saya sangat merindukan adanya museum diorama untuk edukasi kepada generasi tua maupun muda. Museum diorama sebenarnya bisa cepat dan mudah terwujud. Hasil rekomendasi dari perumusan sudah matang dan siap untuk disajikan. Sekarang tinggal komitmen dari Pemerintah Kota Cirebon ingin diwujudkan atau tidak,” pungkasnya yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Cirebon. (*)