MANTAN Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso merasa miris dengan banyaknya pekerja kasar asal China yang bekerja di Indonesia. Dia menegaskan tidak masalah jika investor itu menanamkan modal sembari membawa tenaga ahli.
Namun, jika yang dibawa malah pekerja tanpa skill yang berjumlah ribuan maka hal itu harus dicurigai. Sutiyoso merujuk kepada banyaknya pekerja asal China yang membanjiri lokasi pabrik smelter di berbagai lokasi di Indonesia.
“Jadi kita harus waspada sekali lagi. kkarena kalau kita diem-diem itu saya jamin orang itu tidak akan pernah pulang ke negeranya. Kalau saya jadi presiden Tiongkok ngurus orang 1,4 miliar itu mau bagaimana, ngasih makannya, ngasih papannya, ngasih sandangnya, belum sekolahnya, belum rumah sakitnya tidak akan mampu. Maka yang paling mudah adalah ekspor orang,” kata Sutiyoso dalam acara Silaturrahim Tokoh & Ulama DKI Jakarta yang disiarkan JIC TV pada Rabu (18/5/2022).
Baca Juga:Ukraina Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata, Tolak Serahkan Wilayah ke RusiaBatik Air Gagal Terbang dari Bandara Juanda, Begini Penjelasannya
Dikutip di Jakarta, Senin (23/5/2022), Sutiyoso mengaku, selama perjalanan kariernya, sudah mengunjungi lebih 50 negara di dunia. Dari semua negara itu, tidak ada satu pun yang bebas dari etnis Tionghoa. Dia pun menyentil wilayah Singapura yang dulunya dihuni mayoritas etnis Melayu, kini mereka menjadi tersisih. Sehingga negeri jiran itu dikuasai keturunan China, baik pemerintahan maupun ekonomi.
“Yang paling deket Singapura saja. Perdana menteri pertama dulu orang Padang, orang Melayu. sekarang gak ada lagi orang Melayu. Lihatlah orang Malaysia sudah hampir, sudah beberapa departemen dipimpin etnis ini kok kita gak kita gak sadar-sadar gitu lho kita ini. Bukan apa saya orang intelijen saya bisa membaca pegawai-pegawai di Kalimantan, Sulawesi yang sampai Papua gak akan dia pernah kembali ke sana pasti di sini,” kata gubernur DKI periode 1997-2007 tersebut.
Dia menyinggung kebijakan pemerintah China yang sempat memberlakukan satu anak. Sutiyoso menerangkan, jika ada keluarga punya dua anak maka pemerintah memperlakukan anak kedua itu seperti yatim piatu. Kebijakan pengetatan populasi di China membuat pekerja negeri Tirai Bambu di Indonesia bisa menghsilkan keturunan secara bebas.