SEORANG kolonel Korps Garda Revolusi Iran dibunuh dalam serangan bersenjata di Teheran, Ahad (22/5/2022). Belum diketahui siapa aktor yang mendalangi aksi penyerangan.
Dilaporkan laman Al Arabiya, kolonel Korps Garda Revolusi Iran itu bernama Sayad Khodaei. Dia ditembak oleh dua pengendara sepeda motor di dekat rumahnya sekitar pukul 16:00 waktu setempat. Menurut kantor berita Fars, terdapat lima peluru yang diarahkan pada Khodaei.
Serangan itu seketika membuatnya meninggal dunia. Korps Garda Revolusi Iran menyalahkan “kelompok anti-revolusi” dan “agen arogansi global” atas kematian Khodaei.
Baca Juga:Kisah Makluk Hidup di Kedalaman Lebih dari 10.000 Meter, Palung Samudera Terdalam di Dunia6.400 Orang dari 64 Negara di Kazan Expo, Kolaborasi Rusia Dan Dunia Islam Jadi Jembatan Peradaban
Kelompok anti revolusi biasanya merujuk pada oposisi anti-rezim. Sementara arogansi global mengacu pada Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Khodaei.
Media pemerintah Iran menggambarkan Khodaei sebagai “pembela tempat suci”. Kantor berita semi-resmi pemerintah Iran Tasnim melaporkan, sosok Khodai merupakan pembela tempat suci.
Pernyataan itu merujuk pada personel militer atau penasihat yang menurut Iran berperang untuk melindungi situs-situs Syiah di Irak atau Suriah dari kelompok-kelompok seperti ISIS.
Menurut laporan Tasnim, dua orang dengan sepeda motor menembaki Khodai. Sementara kantor berita ISNA melaporkan, bahwa anggota jaringan dinas intelijen Israel telah ditemukan dan ditangkap oleh Pengawal.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita Fars, Kementerian Intelijen Iran mengatakan, telah menangkap tiga mata-mata Mossad pada April.
“Musuh bebuyutan dari sistem suci Republik Islam Iran sekali lagi menunjukkan sifat jahat mereka dengan pembunuhan dan kesyahidan salah satu anggota pasukan IRGC,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh.
Baca Juga:Peneliti dari Trend Micro Temukan Lebih Dari 200 Aplikasi di Play Store Mematai-matai Pengguna Android dengan FacestealerGoogle Chat Ingatkan Pengguna Jika Ada Link Berisi Pesan Berbahaya
Pada Januari lalu, Iran memperingati dua tahun kematian mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020.
Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak Amerika Serikat. Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung serangan tersebut.
Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara Amerika Serikat di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.