KASUS hepatitis misterius memang masih belum menemukan titik cerah. Sampai saat ini, penyebab hepatitis misterus tersebut memang masih belum diketahui, oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun meminta pemerintah tetap waspada.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, ada beberapa hipotesis yang menjadi bukti, munculnya virus misterius tersebut.
“Ada 5 hipotesis mengapa munculnya Hepatitis akut ini yang belum diketahui muncul,” ujar Wamenkes Dante, dalam Raker Komisi IX melalui live streaming, Senin (23/5/2022)
Baca Juga:BMKG Sebut Tinggi Gelombang Laut Selatan Jabar, Jateng dan DIY Berpotensi 4-6 MeterTerpapar di 15 Provinsi, 3,9 Juta Hewan Ternak di RI Terjangkit Wabah Penyakit Mulut Kuku
Berikut 5 hipotesis yang menjelaskan mengapa adanya hepatitis akut misterius di dunia, antara lain;
- Virus Adenovirus
- Virus SARs-COV-2 pasca terinfeksi
- Obat, racun dan lingkungan
- Pantogen baru
- Varian baru SARs-COV-2
Dengan demikian, Dante mengatakan jika, mengapa Adenovirus dijadikan atau masuk dalam hipotesis karena ditemukan dalam penelitian pada anak yang terinfeksi virus Hepatitis akut misterius ini. Jumlah mendominasi sekitar 70 persen anak ditemukan adanya virus Adenovirus.
“Adenovirus jadi virus yang berada di saluran respirasi (pernafasan), di mana sebagian anak atau 70 persen ditemukan dalam penelitian,” tambahnya.
Sementara, virus SARs-COV-2 ada dalam hipotesis karena dalam penelitian juga ditemukan pada anak yang pascaterinfeksi Hepatitis akut misterius ini. Sejauh ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
Kemudian, adanya obat, racun dan lingkungan dalam hipotesis, Dante menjelaskan adanya penelitian diduga akibat obat, keracunan dan binatang atau lingkungan sekitar bisa menginfeksi manusia.
Sedangkan, adanya pantogen atau bakteri/virus baru masih dalam dugaan karena terus dilanjutkan bersamaan, dengan adanya hipotesis terkait varian baru dari SARs-COV-2. “Fenoma one man health ini, adanya keracunan pada obat atau lingkungan bahwa terutama berasal dari hewan sehingga mungkin menginfeksi manusia,” jelasnya. (*)