Nyaris tidak tersisa untuk orang lain, istilah Jawa “ora kecer blas, kabeh dipek dewe” (tidak tersisa sama sekali, semua diambil sendiri). Setelah partai-partai ditaklukkan, sekarang ganti organisasi kemasyarakatan (Ormas). Para oligark tidak puas hanya menjadi donatur politik Ormas, tapi mereka masuk langsung menjadi pengurus Ormas, menginjeksikan cara pandang oligark dalam roadmap organisasi, mengakuisisi Ormas dari dalam, mengambil manfaat ekonomi dan insentif panggung politik langsung di jantung umat.
Hari ini, Ormas NU sedang berada dalam tantangan itu. Sebagai garda terdepan kekuatan civil society, banyak pihak menumpukan harapannya kepada NU sebagai benteng perlawanan terhadap oligarki. Masuknya beberapa pengusaha besar di kepengurusan PBNU mengundang kekhawatiran banyak pihak. Ini bukan hanya pertaruhan NU tapi pertaruhan terhadap masa depan NKRI dan Ideologi Pancasila.
Kekhawatiran terhadap positioning NU terhadap kekuatan oligarki ini, semakin menguat melihat kondisi terakhir hubungan antara PBNU dan PKB. Sebagai sayap politik NU, ada kesan PKB tidak lagi mendapatkan back up yang cukup dari PBNU.
Baca Juga:Lowongan Kerja Lulusan SMA/SMK dari PT Industri Telekomunikasi IndonesiaSuzuki Ertiga Ludes Terbakar di Jalan Raya Pahlawan Seribu Serpong
Padahal, tidak bisa dipungkiri, selama ini kursi PKB-lah yang menjadi alat konversi utama politik portofolio NU di pemerintahan. Lima menteri NU yang sekarang di pemerintahan Jokowi, dapat dikatakan 4 adalah konversi dari 57 kursi PKB di Senayan. Kursi kader-kader NU di partai lain, sama sekali tidak dihitung dalam penentuan portofolio.
Terbukti, ketika partai-partai non PKB mendapatkan portofolio menteri, kursi menteri itu tidak ada yang diberikan ke kader NU yang ada di partai tersebut, melainkan diambil sendiri oleh kader internal dari partai itu sendiri. Bisa dilihat PDIP, Golkar, Gerindra, Nasdem, adakah jatah menteri mereka yang dikasihkan ke kader NU di partai itu? Tidak ada! Artinya, NU hanya diambil suaranya, tapi tidak dengan hak portofolionya.
Apabila kaum santri cukup cermat membaca dinamika yang berkembang. Hal ini memang sudah dalam rencana besar para oligark. Salah satu mind set oligark yang ditanamkan adalah bahwa politik tanpa uang tidak akan bisa menang. Terbukti, hari ini Pilkada, Pileg dan Pilpres dari periode ke periode semakin berbiaya tinggi.