Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Din Syamsuddin menghadiri serangkaian acara tersebut yang disebut juga Kazan Expo. Ia berbidato dalam Sidang Group for Strategic Vision Russian Federation-Islamic World.
Sebagai anggota Kelompok Visi Strategis Russia-Dunia Islam dari Asia, Din Syamsuddin menyatakan, dunia sekarang menghadapi kekacauan (disorder) dan ketakpastian (uncertainty). Terutama pada masa pasca pandemi.
Keadaan demikian, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, adalah resultante dari masa pasca Perang Dingin yang mendorong globalisasi, namun proses ini masih membuka jalan bagi liberalisasi ekonomi dan politik, serta menampilkan kekuatan hegemonik yang mendesakkan arus liberal tadi.
Baca Juga:Peneliti dari Trend Micro Temukan Lebih Dari 200 Aplikasi di Play Store Mematai-matai Pengguna Android dengan FacestealerGoogle Chat Ingatkan Pengguna Jika Ada Link Berisi Pesan Berbahaya
”Penerapannya yang mengambil bentuk standar ganda menciptakan ketakadilan global (global injustice). Inilah masalah serius peradaban dunia dewasa ini,” katanya.
Di akhir pidatonya, Din Syamsuddin mengatakan, Kolaborasi Russia-Dunia Islam adalah mungkin bahkan mendesak. Maka, menurutnya, Kelompok Visi Strategis ini harus berlanjut pada pelaksanaan misi strategis, yakni mendorong kerja sama kedua belah pihak secara nyata, baik dalam skema Government to Government, maupun People to People ataupun Goverment to People.
“Kolaborasi Russia dan Dunia Islam bisa menjadi model dan menjadi jembatan peradaban bagi terwujudnya tata dunia baru yang damai, sejahtera, berkeadilan dan berkeadaban,” tuturnya.
Din Syamsuddin sebagai Chairman of World Peace Forum mengundang Presiden Tatarstan Rustam Minikhanov untuk hadir pada World Peace Forum ke-8 yang diadakan Center for Dialogue and Cooperation among Covilizations (CDCC) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, di Solo, 16-17 November 2023.
Presiden Rustam Minikhanov bersama seluruh peserta sidang menjadi bagian dari peletakan batu pertama sebuah masjid besar di Ibu Kota Kazan. Aksi ini menambah jumlah 500-an masjid di Republik Tatarstan. Republik ini bagian dari Federasi Russia yang mayoritas penduduknya beragama Islam itu.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan seluruh peserta diajak ke Bulgar, satu setengah jam di luar Kazan, di tepi sungai besar nan indah, untuk memperingat 1100 tahun diadopsinya Islam di Tatarstan. (*)