PENETAPAN tersangka Lin Che Wei adalah yang terbesar diantara keempat tersangka lainnya dalam kasus ekspor CPO atau mafia minyak.
Kejaksaan Agung telah mengumumkan keterlibatan tersangka baru kasus ekspor CPO minyak goreng yang diduga sebagai oknum yang mengkondisikan perusahaan CPO agar mendapatkan izin ekspor CPO dan turunannya yang dikeluarkan oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana.
Lin Che Wei bersama jaringan advisorynya bukan jaringan sembarangan. Mereka adalah jaringan lintas negara dan mereka adalah para arsitek program biofuel sawit B30. Lin Che Wei diduga sering berinteraksi dengan pemilik korporasi besar kelapa sawit seperti Wilmar, Musimas dan Permata Hijau dimana mayoritas oligarki sawit tersebut lebih memilih singapura sebagai homebase-nya. Lin Che Wei.
Baca Juga:Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo Capres 2024, Anies Baswedan Menguat di CirebonPolisi Terlibat Kasus Narkotika Bawa 200 Gram Sabu Sempat Coba Bunuh Diri
Lin Che Wei merupakan Founder dan CEO dari Independent Research & Advisory Indonesia (IRAI). IRAI adalah lembaga think tank Indonesia yang kliennya adalah perusahaan multinasional, perusahaan nasional, individu kaya serta instansi pemerintah.
Lin Che Wei adalah penghubung yang unik antara policy makers (pemerintah) dan korporasi. Bukan sekedar advisor, Lin Che Wei juga ternyata diduga ikut bermain konflik kepentingan dalam perizinan ekspor sawit di Indonesia.
Ditetapkannya Lin Che Wei adalah coreng dalam lembaga kebijakan think tank di Indonesia. Lembaga kebijakan think tank yang seharusnya memberikan rekomendasi terbaik untuk kepentingan bangsa (national interest) dan masyarakat umum namun malah digunakan untuk memperkaya oligarki.
Lembaga Think Tank dan Konflik Kepentingan
IRAI dan Lin Che Wei beberapa kali secara terbuka terlibat dalam perumusan kebijakan sawit terutama di Kementerian Koordinasi Perekonomian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Pengelolaan Dana Pengolahan Kelapa Sawit (BPDP-KS). Dalam BPDPKS ini, Lin Che Wei dan IRAI terlibat dalam draf pengaturan penetapan pungutan ekspor, pengaturan dana sawit dan pengaturan diplomasi sawit termasuk penentuan B30. Lin Cen Wei tidak sendirian, bersama para ahli lainnya berusaha menyakinkan policy makers mengikuti saran rekomendasinya.
IRAI memiliki para ahli kebijakan top diantaranya Bambang Harymurti (warwatan senior tempo,ahli isu strategis), FX Sutijastoto (Energy & Mineral Resources Expert), Kanya Lakshmi Sidarta (ahli sawit), Lana Winayanti Urban Planning Expert, Tai Cheong Hip Oil & Gas Expert, Yap Tiay Soen Finance and Banking Expert. Sayangnya profil ahli IRAI kini disembunyikan dari frontpage irai.co.id.