Dengan total pengikut lebih dari 9,3 juta di Instagram dan YouTube, UAS muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai nama yang akrab di telinga warga Indonesia. Jangkauannya yang luas di sosial media membuatnya mendapatkan julukan Da’i Sejuta Viewers.
Keputusan Singapura untuk tidak membiarkan UAS masuk telah memicu reaksi beragam di kedua negara. Seorang ahli lintas agama dan multikulturalisme di Singapura, Mohamed Imran Mohamed Taib memuji langkah tersebut, dengan mengatakan, langkah Singapura tidak mengejutkan.
“Saya prihatin terutama dengan klip videonya yang beredar luas beberapa tahun lalu di mana dia merendahkan simbol agama Kristen,” tulisnya di Facebook.
Baca Juga:Hari Ini, Ada Massa Aksi di Depan Kedutaan Besar SingapuraUAS, Singapura dan Islamophobia
“Jika orang lain mengolok- olok simbol agama Muslim dengan cara yang sama, banyak Muslim juga akan kecewa. Karena itu, ajarannya tidak memiliki tempat dalam negara multi-agama seperti Singapura,” imbuhnya.
Dia berharap, publik dapat menemukan pengkhotbah yang lebih baik untuk diikuti. “Publik benar-benar membutuhkan pemuka agama yang menumbuhkan etika dan nilai-nilai yang diharapkan dari seorang Muslim yang hidup di dunia pluralistik saat ini,” imbuh Mohamed.
Singapura sebelumnya juga menolak masuknya ulama Islam yang dianggap Pemerintah sebagai penyebar pandangan ekstrem yang akan membahayakan harmoni kehidupan pluralistik. Para pengkhotbah ini, termasuk Zakir Naik dari India yang berbasis di Malaysia, Haslin Baharim dari Malaysia dan cendekiawan Islam Zimbabwe Ismail Menk, yang memiliki pengaruh signifikan pada Muslim di Asia Tenggara.
Namun kelompok Muslim moderat terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah, mengatakan, perlu bagi pejabat Singapura untuk menjelaskan, mengapa UAS ditolak masuk.
Sedangkan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra mengklaim bahwa UAS adalah “ulama Islam yang lurus”, yang tidak ada hubungannya dengan kebijakan luar negeri atau pengambilan keputusan politik di Jakarta.
Dia menyatakan, tindakan Singapura berbahaya bagi persahabatan di antara negara- negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), terutama yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Sementara politisi dari Partai Amanat Nasional, Yandri Susanto, menyebut, keputusan Singapura tidak masuk akal.
Baca Juga:Monas LokalPemilu 2024 Diatur Oligarki, 110 Triliun Buat Capres Boneka
“Apakah Singapura memandang Muslim Indonesia sebagai musuh mereka?” katanya dalam sebuah pernyataan.