Bukti sejarah yang masih dapat disaksikan di desa ini antara lain bale yang terbuat dari bilah-bilah kayu jati kuno. Walau keadaannya sudah ringkih kurang terawat serta umur yang sudah ratusan tahun. Bale ini masih berdiri cukup kokoh di samping kantor Balai Desa Sirnabaya, tepat di pinggir Jalan Ki Gede Mayang.
Bale itu memiliki delapan tiang dengan bantalan 15 bilah kayu. Panjangnya sekitar lima meter dengan lebar dua meter. Bale tersebut dikenal warga sebagai gelondongan pangarem-arem yaitu tempat duduk pamong desa jaman dulu.
Menurut keterangan masyarakat, bale tersebut sudah tiga kali dipindahkan. Awalnya berada di depan kantor bale desa lalu dipindahkan ke sebelah barat sekitar 100 meter dari desa. Kini disimpan di pinggir bale desa, dekat pintu gerbang kantor desa yang kayunya juga sezaman dengan bale pangarem-arem tersebut.
Baca Juga:Dianggap Ajarkan Radikalisme UAS Ditolak Singapura, Lee Kuan Yew Bikin Gus Dur Geram karena Sebut Indonesia Sarang TerorisKonsorsium Penyelidik Internasional Bellingcat Temukan Dugaan Pasukan Israel Tembak Abu Akleh
Di bagian dalam kantor desa terdapat dua bale lagi yang ukurannya hampir sama, namun tidak terlalu panjang. Kedua bale itu bertiang empat, juga terbuat dari kayu jati kuno. Satu di antaranya diselimuti kelambu dan diyakini sebagai tempat tidur Ki Ageng Tapa. Bale itu disebut bale rama, tempat tidur Ki Ageng Tapa.
Benda sejarah lainnya yang masih asli tersimpan di Bale Rama di antaranya kohkol (kentongan) , penabuh kohkol, kempul, tiga buah batu dan batu keris.
Di sebelahnya terdapat bale yang posisinya sama dengan Bale Rama dan disebut warga dengan sebutan Bale Keliwon. Tempat itu sering dimanfaatkan untuk kegiatan tahlilan saat Jumat Kliwon.
Hanya berjarak beberapa meter di belakang balai desa, di tanah yang agak lapang, berdiri bangunan panggung di atas dua undakan berbalai bata kuno dan batu belah. Luas bangunannya sekitar empat meter p persegi dengan pintu menghadap utara.
Atapnya bergaya limasan yang tengahnya mengerucut. Sedangkan tiang-tiang sudutnya berdiri di atas umpak batu setinggi 30 cm dari permukaan lantai tanah.
Dindingnya terbuat dari bilik bambu yang sudah renggang anyamannya. Di dalam bangunan terdapat satu buah meja bulat dan tumpukan kayu tua bekas tiang bale yang sudah keropos dimakan waktu. Bangunan ini oleh masyarakat disebut Umah Rama yaitu rumah Ki Ageng Tapa.