SINGAPURA menjadi bahan perbincangan dan pemberitaan dalam beberapa hari terakhir, menyusul kabar penolakan Ustadz Abdul Somad (UAS) ke Negeri Singa tersebut. Singapura pasti menjadi negara yang tidak asing apalagi terkenal dengan patung Merlionnya itu, nama Singapura sudah jelas melekat di masyarakat, terutama Indonesia.
Apalagi letaknya yang masih sama-sama di Asia Tenggara dan tidak jauh dari Nusantara membuat Singapura rajin disambangi oleh penduduk Indonesia. Baik untuk traveling maupun pengobatan.
Meski begitu, tahukah kamu asal usul nama Singapura?
Tempat di mana negara Singapura berdiri awalnya dikenal dengan nama Pu-Lo-Chung. Fa-Hsien, seorang pengembara dari Cina, pernah menyambangi kawasan ini pada awal abad ke-3 (Graham Saunders, A History of Brunei, 2013: 14). Istilah Pu-Lo-Chung nantinya kerap disamakan dengan Pulau Ujung karena Singapura terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya.
Baca Juga:Dianggap Ajarkan Radikalisme UAS Ditolak Singapura, Lee Kuan Yew Bikin Gus Dur Geram karena Sebut Indonesia Sarang TerorisKonsorsium Penyelidik Internasional Bellingcat Temukan Dugaan Pasukan Israel Tembak Abu Akleh
Pada abad ke-11, berdiri suatu pemerintahan di Pu-Lo-Chung. Sulalatus Salatin menyebut bahwa kerajaan itu didirikan oleh Sang Nila Utama pada 1299 di daerah yang bernama Tumasik (Jean E. Abshire, The History of Singapore, 2011: 19). Sang Nila Utama diyakini adalah seorang pangeran dari Kerajaan Sriwijaya.
Kala itu, Tumasik termasuk wilayah taklukan Sriwijaya yang pernah berpusat di Palembang. Tapi, serangan dari Kerajaan Chola (India), membuat Sriwijaya tercerai-berai. Nah, Pangeran Sang Nila Utama melarikan diri ke Tumasik dan menjadi raja kecil di sana dengan gelar Sri Tri Buana.
Tumasik jatuh ke tangan Kerajaan Majapahit pada masa raja kedua, yakni Sri Prikama Wira yang berkuasa pada 1357 hingga 1362 (John N. Miksic, Archaeological Research on the Forbidden Hill of Singapore, 1985). Nama Tumasik juga disebut dalam Kitab Negarakertagama sebagai wilayah taklukan Majapahit pada era Raja Hayam Wuruk atas Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gadjah Mada.
Wilayah Tumasik sempat terlepas dari kendali Majapahit yang kala itu sedang mengalami polemik internal. Situasi ini dimanfaatkan betul oleh Kerajaan Ayutthaya dari Siam (Thailand) yang kemudian menjadi pemilik baru Tumasik. Namun, Majapahit berhasil merebutnya kembali pada sekitar tahun 1390 (Nicholas Tarling, ed., The Cambridge History of Southeast Asia, 1999: 175).