Di Desa Jatiwangi berkedudukan kepala distrik yang memakai nama yang sama. Di tempat itu berdiri sebuah pabrik (pabrik gula.red) yang sekarang masih ada. Terletak antara Cirebon dan Palimanan. Kerusuhan kemudian berkembang ke daerah Majalengka yang merupakan perbatasan dengan Priangan. Saat itu Van Motman menjabat sebagai Residen Priangan. Pada waktu berita kerusuhan pertama diterima, tak diketahui bahwa pemberontak memulai tindakannya dari daerah Karawang, seperti yang terjadi pada tahun 1816, karena mereka telah menyeberangi Kali Cimanuk. Belanda memang masih diliputi perasaan teka-teki untuk menebak, siapa sebenarnya pemimpin pemberontakan tersebut. Servatius – Residen Cirebon – menyatakan dalam laporannya tanggal 23 dan 24 Januari 1818, menyebut nama Bagus Kundor. Residen menduga sebagai anak dari Bagus Rangin yang pada tahun 1816 pernah memimpin pemberontakan di Cirebon.
Mengenai sebab-sebab terjadinya pemberontakan, Residen pun masih belum bisa memberikan jawaban pasti. Ia hanya menjelaskan, para pemberontak seringkali mempengaruhi para kepala desa agar memihak mereka. Ajakan tersebut nampaknya tidak sia-sia, meski banyak kepala desa yang berusaha “menghindar” dari pengaruh para “perampok”. Namun ada juga di antara mereka yang memperkuat barisan pemberontak. Menjelang akhir Januari, baru didapatkan informasi bahwa dalam pemberontakan tersebut terdapat nama-nama baru sebagai tokoh yang mengangkat senjata.
Setelah menerima berita pertama tentang timbulnya kerusuhan, Servatius segera mengutus Bupati Bengawan Wetan (Brebes.red), Raden Adipati Nitidingrat ke daerah pusat pemberontakan. “Ia seorang bupatu yang telah beruban, usianya sekitar 70 tahun dan dihormati semua bawahannya,” kutip suratkabar Hindia Belanda Bataviaasche Courant. Karena itu ia dipilih residen sebagai urusan pendamai. Turut dalam misi itu seorang opsiner kehutanan Banyaran bernama Prudant. Nama Prudant saat itu dikenal sebagai orang yang sangat disegani dan sanggup mempertahankan nama baiknya. Konon tempat kediamannya seringkali diserbu pemberontak, namun ia selalu bisa menyelematkan diri.
Bupati Nitidiningrat Terbunuh
Baca Juga:6 Fakta di Balik Kemenangan Liverpool di Kandang SouthamptonLiverpool Sabet 4 Gelar Usai Tundukkan Southampton 2-1
Keperkasaan Jabin, Bagus Rangin, Bagus Serit dan Bagus Kundor ternyata membuat pasukan yang dipimpin Bupati Bengawan Wetan, Raden Adipati Nitidiningrat kocar-kacir. Walaupun pasukan mereka atas perintah Residen Cirebon Servatius diperkuat dengan pasukan Bupati Linggajati (Kuningan). Diungkapkan P.H. Van der Kemp, kondisi yang lebih buruk dilaporkan residen 26 Januari 1818 – termaktub dalam beslit pemerintah no.13 tanggal 30 Januari 1818, bahwa Bupati Nitidiningrat terpaksa mundur ke Palimanan. Nasib malang menimpa sang bupati yang sepuh itu. Mereka akhirnya tak sanggup lagi berhadapan dengan pemberontak dan ia terbunuh di sana bersama dua orang mantrinya.