PERDANA Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Selasa mengumumkan negaranya kini yang tengah dilanda krisis telah kehabisan bensin.
“Kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari,” kata Ranil Wickremesinghe dalam sebuah tweet.
“Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kita,” tambahnya.
Baca Juga:Kejamnya Polisi Israel, Dari Pelayat Jurnalis Al Jazeera hingga Prosesi Pemakaman Warga Palestina Pun DiserangIsrael Semakin Brutal, Sejak Awal Ada Sejumlah Kekuatan yang Ingin Menjajah Palestina
Pemerintah mencari dana sebesar USD75 juta dalam valuta asing untuk membayar utang termasuk untuk pengiriman minyak, terang Wickremesinghe.
Dia memperingatkan pemadaman listrik hingga 15 jam sehari karena negara itu bergantung pada minyak untuk menghasilkan listrik.
“Kami akan menghadapi tantangan dan kesulitan yang cukup besar. Namun, ini tidak akan lama. Dalam beberapa bulan mendatang, sekutu asing kami akan membantu kami. Mereka telah menjanjikan dukungan,” kata dia.
Orang-orang turun ke jalan pada akhir Maret, memprotes pemadaman listrik selama berjam-jam setiap hari dan kekurangan makanan, bahan bakar, dan barang-barang vital lainnya setelah kekurangan valuta asing menyebabkan krisis ekonomi terburuk di negara itu.
Pada tanggal 9 Mei, bentrokan meletus antara pendukung pemerintah dan pengunjuk rasa berkumpul di sekitar Kantor Perdana Menteri, dan unit militer dipanggil ke ibu kota Kolombo.
Di tengah meningkatnya tekanan dari oposisi, Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri.
Pemerintah mengumumkan jam malam nasional dan memerintahkan pasukan untuk menembaki siapa pun yang menjarah properti publik atau menyebabkan korban jiwa.
Baca Juga:Tindakan Singapura Deportasi Ustaz Abdul Somad adalah Penghinaan, Fadli Zon: UAS Warga Negara Indonesia Terhormat, Ulama dan IntelektualTerungkap, Sopir Bus Maut di Tol Sumo Diduga Gunakan Sabu-sabu
Dalam protes nasional, delapan orang, termasuk seorang wakil partai yang berkuasa dan dua petugas polisi, kehilangan nyawa dan hampir 250 orang terluka. (*)