Berdasarkan referensi Al-Qur’an, Nabi Sulaiman AS adalah utusan Allah SWT yang diberikan keistimewaan, yakni mampu menaklukkan seluruh makhluk ciptaan Allah, termasuk angin, binatang, dan jin, atas izin Allah.
Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan, Candi Borobudur, seperti yang tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan oleh Dinasti Syailendra di akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu.
Jadinya, kalau mengacu pada buku sejarah itu, rasanya tidak mungkin jika Borobudur itu peninggalan Sulaiman. Rentang waktu keduanya terlalu jauh. Nabi Sulaiman hidup di masa sebelum masehi, sedangkan Syailendra setelah masehi.
Baca Juga:“Pemula” di Kandidat Capres: Taktik Oligarki Sabotase PrabowoWisatawan Diduga Terseret Arus Bawah Laut, Sempat Minta Tolong Sebelum Digulung Ombak Besar di Pelabuhan Ratu
Namun, yang menjadi ukuran Fahmi Basya bukanlah waktu, karena sulit menentukan waktu yang tepat untuk sebuah peninggalan yang umurnya sudah berabad-abad. Yang jadi barometer Fahmi adalah fakta relief yang ada di Borobudur. Sebab, jika relief diteliti, ternyata mengandung cerita, dan cerita itulah yang disandingkan dengan fakta referensi Al-Qur’an. (*)