Di sisi lain, menurut Bland, 75 tahun usia Indonesia membawa negara ini pada persimpangan. Sederetan pemimpin bangsa belum ada yang bisa meletakkan fondasi kuat bagi Indonesia. Jadi, kepemimpinan Jokowi masih dianggap sebagai upaya Indonesia mencari jati dirinya.
Catatan terhadap karya BlandBuku ini mendapat sorotan karena dirilis di tengah kegagalan pemerintah menangani pandemik COVID-19. Banyak pihak yang merasa terwakili karena tulisan Bland seakan “menyentil” Jokowi. Frasa “man of contradictions” merupakan plesetan halus bagi ungkapan tidak kompeten.
Kendati begitu, buku ini juga menuai kritik dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Indonesianis dari Australian National University (ANU), Marcus Mietzner. Penggalan kalimat “the first English-language biography of Jokowi” dalam buku ini adalah klaim yang berlebihan. Muatannya jauh berbeda dari biografi yang ditulis Indonesianis lainnya, seperti biografi Sukarno karya John Legge, biografi Suharto karya Robert Elson, atau biografi Abdurrahman Wahid karya Greg Barton.
Baca Juga:Pengkritik Jokowi di Man of Contradictions, Benjamin Bland Senang Diskusi dengan AniesJokowi Bertolak Menuju Dubai, Sampaikan Ungkapan Bela Sungkawa
Kemudian, Mietzner juga menyayangkan Bland yang puas dengan sumber-sumber yang belum jelas rujukannya sebagai referensi utama. Sebagai jurnalis, Mietzner merasa Bland harusnya memahami betul urgensi verifikasi sebelum menulis. Sehingga, tidak menjawab pertanyaan utama yang diajukan, yaitu kenapa Jokowi bersikap kontradiktif? Dia bahkan menulis bahwa semua orang Indonesia sudah tahu apa yang ada di buku ini.
Kritik lainnya datang dari Liam Gammon, mahasiswa doktoral ANU. Menurutnya, pembahasan mengenai kontradiksi kebijakan adalah analisis yang dangkal. Sebab, hampir semua pemimpin di berbagai negara pasti bersikap kontradiktif.
Kritik serupa juga pernah dilancarkan oleh komedian asal Amerika Serikat, Hassan Minhaj, kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, pada Patriot Act yang dirilis 1 September 2019. Hal ini menandakan kontradiksi yang diambil oleh kepala negara adalah fenomena di negara berkembang hingga negara maju.
Terlepas dari kritik, pengajar di Cornell University, Thomas Pepinsky, mengapresiasi cara Bland dalam merangkai tulisannya. Siapa pun yang membaca buku ini akan mendapat gambaran jelas mengenai kontradiksi sosok Jokowi.
Di sisi lain, Bland juga mengakui bahwa tulisannya mungkin tidak bisa memuaskan banyak pihak. Tapi, dia berharap dari tulisannya bisa memicu perdebatan lebih jauh mengenai kebijakan yang ditelurkan Jokowi.