“SOSOK Jokowi adalah seorang demokrat yang terjebak dalam otoritarianisme. Orientasi ekonominya liberal tapi praktiknya adalah proteksionisme. Dia mencitrakan diri sebagai rakyat, tapi dikelilingi elite. Jokowi terlihat menjunjung keberagaman, tapi dia berlindung di balik kelompok konservatif.”
Paragraf di atas adalah kompilasi kalimat yang ditulis Ben Bland dalam bukunya berjudul “Man of Contradictions: Joko Widodo and The Struggle to Remake Indonesia”. Bland merupakan Direktur Program Asia Tenggara di Lowy Institute, Australia. Sebelumnya, dia adalah koresponden untuk Financial Times di Indonesia.
Buku ini ditulis setelah perjumpaan panjang Bland dengan Jokowi sejak 2012. Pertama kali menginjakkan kaki di DKI Jakarta, Bland menyaksikan hiruk-pikuk Ibu Kota menyambut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pengalamannya sebagai jurnalis menjadikan Bland saksi karier politik Jokowi, dari Balai Kota menuju Istana.
Baca Juga:Pengkritik Jokowi di Man of Contradictions, Benjamin Bland Senang Diskusi dengan AniesJokowi Bertolak Menuju Dubai, Sampaikan Ungkapan Bela Sungkawa
Kuda hitam asal Solo itu satu per satu menaklukkan elite politik papan atas, mulai dari Fauzi Bowo hingga Prabowo Subianto. Tidak heran, semua mata tertuju kepadanya. Jokowi adalah sosok yang dianggap lumayan bersih. Pengusaha kayu dan mebel. Sempat dicitrakan sebagai lelaki desa sederhana tanpa hasrat politik. Jokowi adalah sosok yang dalam majalah Time disebut sebagai “A New Hope”.
Memasuki masa jabatan yang kedua, enam tahun berkuasa, dukungan kepada Jokowi mulai melemah. Dalam berbagai kebijakannya, mulai dari penegakan korupsi dan hak asasi manusia (HAM), pembangunan tol laut, rencana pemindahan Ibu Kota Negara, hingga penanganan pandemik COVID-19, keputusan yang diambil Jokowi tidak seperti janji yang dia ucapkan.
Melalui buku ini, Bland ingin mengatakan bahwa Indonesia dipimpin oleh presiden yang bahkan tidak bisa konsisten dengan kata-katanya sendiri. Di mata Bland, Jokowi adalah sosok yang unik. Dia bertindak tanpa visi yang jelas. Keras kepala tapi enggan mendengar analisis. Namun tetap “dicintai” rakyat.
Setelah mewawancarai salah seorang menteri Jokowi, Bland mendapati istilah yang tepat bagi Jokowi, yaitu “bundle of contradictions”. Buku setebal 120 halaman ini menjadi cara Bland untuk memaparkan anomali kebijakan Jokowi.
Buku ini terbagi menjadi 7 bagian. Blaind mengaku telah mewawancarai ratusan orang, dari dukun, mantan teroris, hingga menteri, hanya untuk memahami Jokowi. Buku ini menjadi saksi bisu perjuangannya.