Sementara, sumber-sumber lokal dari Babad Mertasinga dan Babad Darmayu, Ki Bagus Rangin masih hidup dan menjadi salah satu pahlawan di perang Kedongdong. Berikut ini adalah catatan dari Ki Marsita S. Adhikusuma yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar desa Kedongdong, dan ditulis kembali oleh R. Opan Safari Hasyim.
Pada pertengan tahun 1817 di Balemangu Kedongdong diadakan perundingan membahas rencana pemberontakan melawan pemerintah penjajah Belanda. Pertemuan itu dihadiri oleh: Ki Bagus Rangin, Mantan Panglima Perang Keraton Kanoman; Ki Bagus Serit, Mantan Panglima Perang Keraton Kacirebonan; Ki Arsitem, Mantan Senopatih Keraton Kasepuhan; Ki Kuwu Sarmen, Kuwu desa Kedongdong; Ki Kuwu Berong, Kuwu desa Gintung Kidul; Ki Kuwu Raksa Penanga, Kuwu Desa Wiyeng; Ki Kuwu Ganisem, Kuwu Desa Nambo Tangkil; Ki Buyut Kinten, Sesepuh desa Kedongdong; Ki Bela Ngantong, Sesepuh desa Gintung Kidul; Ki Beber Layar, Sesepuh desa Gintung Kidul; Ki Buyut Salimudin, Sesepuh desa Wiyong.
Ki Bagus Rangin dan laskar santri gelar perang gerilya, dan dikenal dengan sebutan Gasiran. Perang gerilya ini pernah digunakan oleh Senopati Aswatama putra Mahadwija Dornacharya. Strategi Gasiran adalah dengan cara menyusup ke pusat pertahanan lawan dengan cara menunggu kelengahan lawan, kemudian lawan diserang dengan cara mendadak setelah itu pelaku serangan menghilang. Para pejuang Cirebon sering menggunakan gelar Gasiran ini untuk melemahkan sistem pertahanan kolonial Belanda.
Baca Juga:Tabrakan 2 Kapal Motor Penumpang di Pelabuhan Ketapang, Begini KronologinyaLiverpool Sukses Raih Gelar Juara Piala FA 2022, Kalahkan Chelsea Lewat Adu Penalti
Sasaran yang diserang adalah gudang penyimpanan harta benda dan makanan. Harta benda dan makanan yang dicuri dari pemerintahan kolonial Belanda dengan sistem culture stelsel-nya diambil kembali oleh para pejuang untuk dibagikan kepada rakyat yang sengsara akibat ulah kompeni ini. Pelaku dari gelar Gasiran ini sering disebut oleh musuh dan masyarakat dengan sebutan maling durjana. Ki Bagus Rangin sendiri tidak luput dari julukan itu.
Sebagaimana disebutkan dalam naskah sejarah Wiralodra (Dermayu) yang mengatakan bahwa, “Anggene jaya durjana, kadang wismanipun, putrane purwadinata, saking susah ribute wong Negara, waton malih ingkang warta, tiang ngeraman sampun siyagi, makumpulaken tiyang wong desa, bantarjati, anang pernake biawak jatitujuh, tiang kulincar lan panca ripis, sesek katahipun tiang, sangking pitungatus, juragane bagus kandar bagus rangin, surapersabda niki, bagus seja lan bagus sena”. (*)