Krisis iklim yang tengah terjadi di berbagai wilayah dunia menimbulkan dampak kerugian, termasuk juga ke Indonesia.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyebut adanya krisis tersebut mengancam masalah sumber daya air yang menjadi sumber kehidupan manusia.Sebab ketika air jumlahnya terlalu sedikit akibat kekeringan yang berkepanjangan, tentu akan menjadi masalah.
Hal itu karena air menjadi sumber penghidupan seluruh makhluk hidup di bumi.
Baca Juga:BMKG Ingatkan Potensi Gelombang Tinggi hingga 4 Meter di 2 Wilayah Perairan Padat PelayaranDetik-Detik Ledakan Bom Hantam Lingkungan Padat Saddar di Karachi Pakistan
Jika pun sebaliknya, kalau air terlalu banyak akibat cairnya es di dua kutub akibat pemanasan global, maka menjadi ancaman peradaban.
Bappenas mencatat masalah krisis yang berkaitan dengan air sendiri membuat potensi kerugian untuk Indonesia hingga Rp44 triliun setiap tahunnya.
Potensi tersebut terhitung pada periode 2007-2019 akibat bencana yang berhubungan dengan air yang juga menimbulkan banyak korban jiwa.
Padahal, berdasarkan kajian Bank Dunia, sumber daya dan layanan air menjadi kunci untuk mempertahankan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan per kapita di Indonesia.
“Bencana yang berhubungan dengan air, selain menyebabkan banyak korban jiwa, juga menimbulkan kerugian ekonomi rata-rata USD 2–3 miliar setiap tahunnya,” ujar Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Josaphat Rizal Primana pada keterangan tertulisnya, Kamis (12/5/2022).
Menurutnya Investasi di sektor air dan sanitasi menjadi hal yang sangat penting.
Apalagi jika Indonesia ingin masuk dalam lima besar ekonomi dunia, sesuai visi Indonesia 2045. (*)