Ia mengatakan, esensi dari Grebeg Syawal ialah ziarah kubur atau nyekar ke makam raja-raja Kesultanan Kanoman yang disemayamkan di kompleks makam Sunan Gunung Jati.
Selain itu, menurut dia, sebelum menggelar Grebeg Syawal keluarga besar Keraton Kanoman melaksanakan puasa sunah setelah Hari Raya Idulfitri.
“Alhamdulillah, setelah diberikan kelancaran dalam melaksanakan puasa ramadan dan syawalan, kami menggelar Grebeg Syawal. Ini tradisi di Kesultanan Kanoman Cirebon sejak beberapa abad lalu,” kata Arimbi Nurtina.
Baca Juga:Layangan Putus versi ASN Protokoler, Viral Pengakuan Polwan Salah Menikahi ASN Pemkab OKIHadirkan Ragil Mahardika dan Frederik Vollert, Imbalan Deddy Corbuzier 8 Juta Follower Lenyap dalam Semalam
Usai menggelar tahlil dan doa bersama di dalam ruangan makam Sunan Gunung Jati, keluarga Keraton Kanoman melanjutkannya ke makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem secara berurutan.
Dari mulai makam cicit Sunan Gunung Jati, Panembahan Ratu I, hingga makam Sultan-Sultan Cirebon yang berada di kawasan tersebut, dan keluar dari Mergu.
Yakni, lokasi pemakaman yang biasa digunakan warga Tionghoa berziarah dan berdoa sebagai penghormatan terhadap istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Tiongkok, Putri Ong Tien Nio.
Selanjutnya rombongan menuju Pesanggrahan Kanoman untuk beristirahat dan menikmati hidangan yang disediakan Jeneng dan Kraman Astana Gunung Jati.
Seusai jamuan makan, keluarga dan kerabat Keraton Kanoman secara simbolis melakukan tradisi surak atau membagikan uang kepada masyarakat.
Sejumlah warga pun tampak berebut uang koin yang dibagikan oleh keluarga Keraton Kanoman, dan rangkaian tradisi Grebeg Syawal ditutup setelah berdoa di Lawang Pasujudan. (*)