INILAH jalan yang panjangnya mencapai seribu kilometer. Dalam waktu singkat, Herman Willem Daendels berhasil mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Kendati menyebut Proyek Anyer-Panarukan sebagai genosida karena menelan korban. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer mengakui, dibandingkan pada masanya jalan itu sama dengan jalan Amsterdam-Paris. Proyek jalan Gubernur Hindia Belanda itu hanya butuh satu tahun (1808-1809).
“Sejak dapat dipergunakan pada 1809 telah menjadi infrastruktur penting, dan untuk selamanya,” tulis Pram dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.
Jawa Barat, kawasan penting dalam sejarah Grote Postweg yang dibangun Daendels. Mulai dari Buitenzorg (Bogor) sampai Karangsembung (Cirebon). Selebihnya, para penguasa pribumi diperintahkan untuk melanjutkan pembangunan dan perluasan jalan sampai Panarukan di ujung timur Pulau Jawa.
Baca Juga:Saat Mas Galak Jalani Perintah Louis NapoleonOperasi Militer Zionis di Jalur Gaza atau Tepi Barat, Fokus Jenin Bakal Digelar
Daendels dikenal warga pribumi sebagai ‘Jenderal Guntur’, ‘Tuan Marsekalek’, atau ‘Mas Galak’. Menurut sejarawan Nina Herlina Lubis, ide tersebut muncul terinspirasi dengan jalan raya pos masa Imperium Romawi. Jalan yang terkenal dengan nama Cursus Publicus itu menghubungkan Roma dengan kota jajahan yang meliputi seluruh kawasan Eropa Barat. Oleh Daendels, proyek jalan tahap pertama antara Buitenzorg ke Karangsembung dipilih melewati Cipanas, Cianjur, Bandung, Parakanmuncang, dan Sumedang.
Penasaran. Mari kita susuri jalan raya pos ‘Grote Postweg’ proyek Daendels itu yang menjadi pos perhentiannya itu apa saja. Pos maksudnya tempat orang yang naik kereta pos (kereta kuda) untuk beristirahat mengganti kuda-kudanya, terutama yang ada di wilayah Majalengka (dari Karangsambung sampai Palimanan). Fedor Schultze menulis buku berjudul “West Java: Traveler guide for Batavia and from Batavia to Preanger Regencies and Tjilatjap” terbitan Visser, Batavia, tahun 1894. Khusus dari Bandung ke Cirebon dimuat di halaman 72.
Jangan terkejut, jalan raya pos Sumedang-Cirebon itu jalurnya tidak melewati jalan raya saat ini (Tomo-dulu dikenal sebagai Fort Tomo atau Benteng Tomo). Oleh karena, rutenya memutar jalur ke utara kemudian masuk melalui Ujung Jaya (saat ini-dulu mungkin belum ada) lalu dilanjutkan ke Karangsembung dan Liangjulang. Kemudian, Jatiraga menuju Cirebon.
Agar lebih mudah. Ikuti petunjuk perjalanannya. Nama-nama wilayah ini dikutip menurut aslinya, dan di-Indonesiakan, sejauh bisa terlacak.