SETELAH disimpan selama 8 tahun, dokumen Komando Luar Angkasa AS (USSC) yang menyimpan data soal meteor antar bintang meledak di langit Papua Nugini terungkap.
Dilansir Live Science, Selasa (12/4/2022) meteor sebesar 0,45 meter ini menghantam atmosfer bumi pada 8 Januari 2014 dengan kecepatan hingga 210.000 kilometer per jam. Objek luar angkasa ini diperkirakan merupakan objek dari luar tata surya Bima Sakti.
Menurut ilmuwan USSC, meteor ini melesat di ruang angkasa dengan kecepatan lebih dari 210.000 km per jam. Kecepatan ini jauh melebihi rata-rata kecepatan meteor yang mengorbit di dalam tata surya kita.
Baca Juga:Ponsel Perdana Menteri Pedro Sanchez Terpapar Pegasus yang Dibuat NSO Group IsraelKenali Gejalanya, Begini Cara Mencegah Penularan Hepatitis Akut
Studi tahun 2019 berpendapat bahwa kecepatan meteor kecil itu membuktikan dengan kepastian 99% bahwa objek itu berasal jauh di luar tata surya kita. “Mungkin dari bagian dalam sistem planet atau bintang di cakram galaksi Bima Sakti,” tulis para peneliti.
Meskipun hampir pasti, makalah tersebut tidak pernah ditinjau atau diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Karena beberapa data yang diperlukan untuk memverifikasi perhitungan mereka ditutup rapat-rapat pemerintah AS.
Sekarang, para ilmuwan USSC telah secara resmi mengkonfirmasi temuan tim tersebut. Dalam memo tertanggal 1 Maret 2022 dan dibagikan di Twitter pada 7 April 2022.
https://twitter.com/US_SpaceCom/status/1511856370756177921?s=20&t=oTN_0JbAbq62OWlPLzGyyg
Letnan Jenderal John E. Shaw, wakil komandan USSC, menulis bahwa analisis bola api 2019 cukup akurat untuk mengonfirmasi lintasan objek antarbintang.
“Konfirmasi ini secara surut menjadikan meteor 2014 sebagai objek antarbintang pertama yang pernah terdeteksi di tata surya kita,” tambah memo itu.
Amir Siraj, astrofisikawan teoretis di Universitas Harvard dan penulis utama makalah 2019, mengatakan kepada Vice bahwa dia masih berniat untuk menerbitkan studi asli.
Baca Juga:Mengenang Mieke Wijaya, Dikenal Perannya di Sinetron Rumah Masa Depan dan LosmenMieke Wijaya Meninggal Dunia di Usia 82 Tahun
“Agar komunitas ilmiah dapat melanjutkan studi ini karena meteorit itu meledak di atas Samudra Pasifik Selatan, ada kemungkinan pecahan benda itu mendarat di air dan belum ditemukan,” tambahnya.
Namun Siraj mengatakan kalau untuk menemukan sisa-sisa meteorit tersebut nampaknya mustahil. Tapi Siraj sudah berkonsultasi dengan para ahli tentang ekspedisi untuk menemukan sisa meteorit tersebut.
“Cukup menarik jika bisa mendapatkan bagian dari materi antarbintang untuk diteliti,” kata Siraj kepada Vice. (*)