JIKA Anda melewati Jalan Raya Pantura sejak Indramayu hingga memasuki Cirebon, Anda akan menemukan puluhan pedagang makanan di pinggir jalan yang bisa dijadikan oleh-oleh. Dari sederet makanan tersebut, Anda tentu pernah melihat kerupuk warna-warni yang dibungkus plastik bening untuk merayu para pelintas untuk membelinya. Makanan itu adalah kerupuk melarat.
Kerupuk melarat bisa dibilang sebagai makanan ikonik selain empal gentong. Apalagi makanan ini menjadi makanan alternatif bagi warga Cirebon sejak era perang, tepatnya di masa penjajahan Belanda pada 1920-an.
Publik tentu tahu berita tentang kelangkaan minyak goreng dan mahalnya harga minyak goreng saat ini, bukan. Bahkan Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri sampai heran para ibu rela antre demi mendapatkan minyak goreng murah. Padahal menurut Megawati ada banyak alternatif memasak selain menggoreng.
Baca Juga:365 Days: This Day: Hanya Tampilkan Seks, Seks, dan SeksLiverpool Dipastikan Tanpa Penyerang Firmino, Villarreal Diperkuat Mesin Gol Utama Moreno
Kerupuk melarat lahir juga berkat situasi serupa. Ketika itu di masa penjajahan banyak rakyat yang tidak memiliki minyak untuk memasak karena depresi ekonomi yang melanda negara jajahan seperti Indonesia. Karena itu, inovasi pun dilakukan rakyat untuk bertahan hidup.
Masyarakat lalu melakukan inovasi menggoreng kerupuk yang saat itu dianggap camilan sisa menggunakan pasir khusus, bukan pakai minyak goreng. Cara unik ini akhirnya menjadi ciri khas kerupuk melarat.
Setelah uji coba, ternyata rasa kerupuk yang digoreng menggunakan pasir tidak kalah renyah dan gurih daripada menggoreng menggunakan minyak. Namun, pasir yang digunakan untuk menggoreng bukan sembarang pasir. Masyarakat Pantura Cirebon menggunakan pasir pegunungan yang sudah melewati proses penyaringan sehingga bebas batu.
Pasir yang sudah halus lalu dicuci agar bebas dari tanah liat. Lalu pasir dijemur untuk menghasilkan pasir yang kering dan bersih.
Selain dikenal dengan nama kerupuk melarat, makanan ini juga disebut sebagai kerupuk upil. Namun, nama asli makanan ini adalah kerupuk mares. Nama “mares” artinya lemah atau tanah/pasir kasar dalam bahasa Cirebon-Jawa. Namun nama itu berubah menjadi kerupuk melarat sekitar 1980-an.
Proses memasak dengan cara disangrai menggunakan pasir menjadi latar belakang nama kerupuk melarat. Namun siapa sangka ternyata kerupuk melarat yang berwarna merah muda, kuning, dan putih digemari masyarakat Cirebon. Apalagi karena disangrai menggunakan pasir, kerupuk melarat rendah kolesterol dan bebas bahan pewarna. (*)