Sementara itu, dalam bukunya “Political Marketing: Between Understanding and Reality”, Firmanzah memaparkan sejumlah paradigma dari perspektif pemasaran politik. Pertama, pemasaran politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua, pemasaran politik diterapkan dalam seluruh proses, tidak hanya dalam kampanye politik, tetapi juga bagaimana merumuskan produk politik melalui konstruksi simbol, gambar, platform dan program yang ditawarkan.
Paradigma ketiga, menurut Firmanzah, pemasaran politik menggunakan konsep pemasaran yang luas yang meliputi strategi pemasaran, teknik publikasi, proposisi ide dan program, desain produk, dan pengolahan informasi. Keempat, pemasaran politik melibatkan banyak disiplin ilmu, terutama sosiologi dan psikologi. Kelima, pemasaran politik dapat diterapkan mulai dari pemilu hingga lobi politik di parlemen.
Salah satu trik marketing yang sering digunakan akhir-akhir ini adalah gimmick. Secara sederhana, gimmick adalah upaya untuk dapat direkayasa untuk menarik perhatian dan meningkatkan minat masyarakat pada umumnya dan target pemasaran tertentu pada khususnya. Mengapa trik ini banyak digunakan? Alasannya sederhana, gimmick lebih murah dalam upaya menarik perhatian target potensial.
Empat gimmick umum
Baca Juga:Krisis Perubahan Rezim yang Diatur Amerika di PakistanUmat Islam di China Tetapkan Idul Fitri 1443 Hijriah, 3 Mei
Dari pantauan saya, ada empat gimmick yang biasa digunakan para calon presiden yang hendak berlaga di Pilpres 2024 mendatang. Pertama, pemanfaatan ruang siber dan media sosial. Hampir semua tokoh menggunakan gimmick ini secara serius dan optimal untuk menunjukkan kinerjanya, menyebarkan wacana dan berkomunikasi secara tidak langsung dengan kelompok pemilih sasaran. Pengguna berat di kawasan ini adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Puan Maharani, Erick Thohir dan Sandiaga Uno.
Gimmick kedua adalah penggunaan media luar ruang seperti baliho, spanduk dan poster yang ditempatkan di tempat-tempat strategis yang terlihat. Trik ini terutama digunakan untuk memperkenalkan wajah dan nama calon potensial kepada publik. Sasaran utamanya adalah pemilih tertentu dengan akses digital terbatas. Siapa saja penggunanya? Puan Maharani, Erick Thohir, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar dan Agus Harimurti Yudoyono biasanya muncul di benak.
Ketiga, safari politik, berupa mengunjungi tempat-tempat dengan tujuan dan konten politik tertentu. Istilah safari politik sudah populer sejak rezim Orde Baru. Hal itu sering dikaitkan dengan kunjungan Menteri Penerangan saat itu yang juga Ketua Umum Partai Golkar Harmoko. Menjelang Pilpres 2024, bisa dikatakan hampir semua kandidat kini terlibat dalam safari politik. Mereka hanya berbeda dalam intensitas.