PROYEK nasional bendung Bener di Desa Wadas menjadi berkah bagi ratusan warga. Lahan mereka yang harga normalnya tak seberapa, kini seperti menjadi ladang uang.
Bahkan lahan yang harganya hanya belasan juta, ditebus oleh pemerintah berharga miliaran.
Seperti yang dirasakan oleh Soleh. Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, itu benar-benar tak menyangka bakal banjir uang setelah lahannya terkena dampak pembangunan kuari Bendungan Bener.
Baca Juga:Puluhan Warga Keracunan Massal di Masjid At TiinLangka, Ikan Kodok Ditemukan di Pesisir Barat Lampung
Namun lebih tak menyangka lagi jika lahannya dinilai jauh lebih besar dari harga belinya dulu.
Pria asal Desa Kaliwader, Kecamatan Bener, ini mengaku kaget begitu lahannya di Desa Wadas dinilai Rp 3,8 miliar. Nilai ganti untung itu, di luar dugaannya.
“Kula mboten nyangka gantine Rp 3,8 miliar (Saya tidak menyangka dapat ganti Rp3,8 miliar). Saget kelaksanan (bisa terbayar) nilai sebesar itu. Kula beli tiga bidang tanah Rp 11,5 juta. Sekarang untung (jadi) Rp 3,8 miliar,” tuturnya, ditemui di rumahnya di Desa Kaliwader, Kamis (28/4/2022).
Soleh hari itu baru saja menerima uang ganti untung bersama 233 warga terdampak pembangunan kuari Bendungan Bener, di Balai Desa Cacaban Kidul.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini amat bersyukur, karena lahannya dinilai lebih tinggi dari yang dia sangka.
Dia mengatakan jika tidak ada ganti untung Bendungan Bener, bila dijual, lahannya hanya bernilai Rp 15 juta. Tentu saja, nilai ganti untung fantastis itu seolah menjadi ‘uang kaget’.
“Kula kaget sekali kayak uang kaget. Menerima uang sebesar itu. Belum pernah menerima. Baru satu kali ini. Punya (lahan) saya kalau tidak ada pembangunan kuari Bendungan Bener paling laku Rp 15 juta,” ucap pria berusia 49 tahun ini.
Baca Juga:Inter Milan Menang 2-1 atas UdineseBulutangkis Asia 2022: China Juara Umum 3 Titel, Indonesia Satu Gelar
Soleh mengenang, seingatnya pada 1989 silam membeli lahan di desa sebelah, yaitu di Desa Wadas. Bidang tanah yang pertama dibeli Rp 2,5 juta. Bidang kedua Rp 4 juta, dan lahan ketiga Rp 5 juta. Sehingga totalnya Rp 11, 5 juta.
Lahan itu dikelola semaksimal mungkin, dengan menanami durian, kopi, kelapa, dan lainnya. Setiap tahun, tanahnya yang produktif itu mampu menghasilkan Rp 250 ribu, atau Rp 25 ribu per bulan.