RASA was-was harus dihadapi sejumlah masyarakat di lereng Gunung Semeru selama Lebaran ini. Pemicunya tak lain karena gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa itu kembali meluncurkan awan panas guguran sejauh 3,5 kilometer pada Minggu atau sehari menjelang Lebaran 2022.
Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pernah mengalami erupsi besar pada Desember 2021. Kekhawatiran gunung ini bakal erupsi kembali menjelang Lebaran muncul lagi.
“Informasi yang kami terima bahwa terjadi awan panas guguran pada 1 Mei 2022 pukul 06.30 WIB, sehingga informasi tersebut kami sebar luaskan kepada warga lereng Semeru,” kata Kepala Bidang Kedaruratan, Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Joko Sambang di Lumajang, Minggu, 1 Mei.
Baca Juga:Cek kesiapan TMP dan TPU, Danrem 063/SGJ Santuni Anak Yatim PiatuRingankan Biaya Keluarga Prajurit, Pangdam III/Slw Gelar Mudik Gratis
Menurutnya, awan panas guguran itu tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 300 detik, serta dengan jarak luncur 3,5 km dari puncak ke arah Besuk Kobokan dan Besuk Lengkong.
“BPBD terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Semeru melalui laporan petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang,” tutur Joko seperti dikutip Antara .
Sementara berdasarkan laporan tertulis petugas PPGA Semeru, Yuda Prinardita, terkait aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut pada periode 1 Mei 2022 pukul 00.00 hingga 06.00 WIB tercatat secara visual gunung api terlihat jelas, asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 100-200 meter di atas puncak kawah.
Aktivitas kegempaan terekam bahwa Gunung Semeru mengalami erupsi atau letusan sebanyak 10 kali, embusan sebanyak 15 kali, tremor harmonik sebanyak satu kali, dan tektonik jauh sebanyak satu kali.
Gunung Semeru masih berstatus Siaga atau level 3, sehingga masyarakat diimbau untuk mematuhi beberapa rekomendasi yakni diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Dan di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.