PRESIDEN Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah meminta para pemimpin Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung dan mengundang keduanya ke KTT G20 yang akan datang melalui panggilan telepon terpisah awal pekan ini.
Jokowi mengatakan telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Rabu sebelum menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin sehari kemudian.
“Saya tegaskan kembali bahwa perdamaian adalah yang terpenting dan Indonesia siap berkontribusi dalam upaya mewujudkannya,” kata Jokowi dalam konferensi video dari rumah dinasnya di Bogor, Jawa Barat.
Baca Juga:BP2MI Antisipasi Kembalinya 12.134 PMI Jelang LebaranIni Alasan Pekerja Migran Indonesia di Singapura Tidak Mudik
Indonesia memegang kursi kepresidenan G20 saat ini dan menghadapi ujian serius setelah negara-negara barat mengancam akan melewatkan KTT pada November jika Putin hadir.
Jokowi mengaku telah mengundang Putin yang langsung dipastikan hadir.
“Dalam pembicaraan itu, Presiden Putin menyampaikan terima kasih atas undangan KTT G20 dan menegaskan akan hadir,” kata Jokowi.
Ukraina bukan anggota G20 tetapi Jokowi mengatakan dia juga mengundang Zelensky ke KTT selama panggilan telepon hari Rabu dalam upayanya untuk menengahi pembicaraan damai antara negara-negara yang bertikai dan untuk menjaga G20 tetap bersatu.
Perlu saya garis bawahi bahwa Indonesia bermaksud menyatukan G20 dan mencegah perpecahan, katanya.
Jokowi tidak mengatakan jika Zelensky menerima undangan tersebut.
Dia menambahkan bahwa pemerintahnya menawarkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina.
“Saya tegaskan konstitusi Indonesia dan kebijakan luar negeri melarang bantuan senjata ke negara lain. Namun, saya katakan [Zelensky] bahwa Indonesia siap memberikan bantuan kemanusiaan,” kata Jokowi.
Presiden mengungkapkan bahwa selama sebulan terakhir ia telah berbicara dengan para pemimpin dunia lainnya seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. (*)