AS dan Inggris secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melibatkan pasukan mereka dalam pertempuran di Ukraina. Keduanya adalah pemasok utama senjata ke Kiev dan melatih tentara di Ukraina sebelum serangan Rusia. Para ahli dilaporkan ditarik keluar dari negara itu menjelang permusuhan.
Kementerian Pertahanan Inggris melarang anggota dinas aktif bepergian ke Ukraina pada awal Maret, dengan mengatakan bahwa melanggar aturan dapat mengakibatkan penuntutan. Kiev meminta sukarelawan di luar negeri untuk bergabung dengan barisan “legiun asing” yang baru dibentuk setelah serangan Rusia.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada tahun 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Baca Juga:KPAI: Pastikan Perjalanan Mudik Lebaran Aman untuk Anak-anak4 Strategi Kemenhub Soal Penanganan Penumpang di Pelabuhan Merak
Rusia sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali dua wilayah pemberontak dengan paksa. (*)