PRODUSEN kelapa sawit global menanggapi keputusan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor seluruh bahan baku minyak goreng dan minyak goreng, karena dinilai akan menghambat pengiriman pasokan minyak nabati di bulan Mei.
“Ini gila! Kami akan menanggung beban kebijakan pemerintah Indonesia. Harga setiap minyak nabati akan meningkat. Akan sangat sulit mengamankan pasokan untuk pengiriman Mei,” kata pengusaha asal New Delhi yang enggan disebutkan namanya, menurut laporan DetikFinance, Kamis (28/4).
Respon dari pasar global akan sulit mendapatkan produk kelapa sawit konsinyasi dari Indonesia. Saat ini, pasar kelapa sawit internasional sedang dalam keadaan fluktuatif.
Baca Juga:Secara Virtual, Danrem 063/SGJ Saksikan Penyerahan Hasil Renovasi RutilahuPangdam III/Slw Siapkan Wilayah Pertahanan Darat
“Minyak sawit berjangka di bursa Malaysia melonjak 9,8%,” lapor Reuters. “Sementara itu, minyak kedelai berjangka di Amerika Serikat melonjak ke rekor tertinggi 4%.”
Pelaku bisnis global berharap kebijakan pemerintah Indonesia tidak berlangsung lama sehingga industri sawit tidak dirugikan.
“Ini adalah tindakan pengendalian harga yang drastis. Kami berharap ini hanya singkat agar tidak berdampak buruk bagi industri,” kata salah satu praktisi industri yang tidak disebutkan namanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan larangan ekspor minyak goreng dan bahan baku minyak goreng yang meliputi minyak sawit mentah (CPO), RPO, RBD Palm Olein, POME, dan minyak goreng bekas.
Larangan ekspor mulai berlaku hari ini dan akan tetap berlaku hingga harga minyak goreng curah turun kembali ke Rp14.000 per liter. (*)