Akibat kebakaran pada 13 April, kapal induk Armada Laut Hitam Moskva rusak parah akibat ledakan amunisi, kata Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat. Seorang prajurit tewas dan 27 awak lainnya hilang, katanya.
Upaya para kru untuk memadamkan api tidak berhasil.
“Dalam perjuangan melawan kerusakan kapal, satu prajurit tewas, 27 awak lainnya hilang. Sisanya 396 awak dievakuasi dari kapal penjelajah ke kapal Armada Laut Hitam di daerah itu dan dibawa ke Sevastopol,” kata kementerian itu.
Sebagian besar perwira, taruna dan pelaut dari layanan kontrak kapal penjelajah Moskva telah menyatakan keinginan untuk terus melayani di kapal-kapal Armada Laut Hitam, tambah kementerian itu.
Baca Juga:Kemenkes: Belum Siap Akhiri Mandat MaskerPetinggi Wilmar Nabati Indonesia Diduga Terlibat Korupsi Minyak Goreng
Sejumlah prajurit yang ingin dipindahkan ke garnisun lain akan terus bertugas di kapal armada lain. Kementerian Pertahanan mengatakan pihaknya memberikan semua dukungan dan bantuan yang diperlukan kepada kerabat dan teman-teman yang meninggal dan hilang dari awak Moskva
https://www.youtube.com/watch?v=_SiUgNou7-Y
Militer Rusia sebelumnya mengumumkan bahwa Moskva tenggelam saat ditarik ke pelabuhan di tengah kondisi laut yang buruk. Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa lambung kapal perang telah rusak oleh ledakan amunisi yang disebabkan oleh kebakaran di dalam kapal.
Sebelum militer Rusia mengklaim kebakaran di atas kapal Moskva , Kiev mengatakan bahwa kapal itu telah dihantam oleh rudal anti-kapal Ukraina. Kepala administrasi militer wilayah Odessa, Maxim Marchenko, mengklaim bahwa “kerusakan yang sangat serius” di Moskva disebabkan oleh rudal Neptunus Ukraina yang ditembakkan dari Odessa.
Rusia menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada wilayah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. (*)