PRESIDEN Joko “Jokowi” Widodo baru-baru ini meluncurkan Defend ID, sebuah perusahaan induk pertahanan milik negara yang telah menargetkan beberapa tujuan ambisius, termasuk masuk dalam daftar 50 perusahaan pertahanan teratas di dunia pada tahun 2024.
“Saya telah mencatat janji [Defend ID]. Yang pertama Defend ID masuk 50 besar perusahaan pertahanan dunia. Kedua, meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri dan menurunkan impor alutsista,” kata Jokowi saat meluncurkan Defend ID di Surabaya, Rabu.
Jokowi menyampaikan harapannya agar Defend ID dapat meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri pada produk pertahanan unggulan dari saat ini 41 persen menjadi 100 persen. Presiden juga menyerukan agar Defend ID menjadi bagian dari rantai pasokan pertahanan global. Namun holding BUMN tersebut harus memprioritaskan pemenuhan permintaan domestik terlebih dahulu sebelum mencoba merebut pasar global.
Baca Juga:AS Pimpin Boikot G20 Terhadap Pejabat Keuangan RusiaSpyware Pegasus Buatan Israel Target Boris Johnson
“Kita harus segera membangun industri pertahanan yang mandiri. Dan mendorong industri pertahanan dalam negeri untuk benar-benar siap memasuki era persaingan baru, dan mampu memenuhi kebutuhan utama pertahanan untuk menjaga kedaulatan kita,” kata Jokowi.
Pembuat elektronik Len Industri menjadi perusahaan induk untuk Defend ID, yang mencakup empat perusahaan milik negara lainnya, yaitu produsen senjata Pindad, pembuat pesawat Dirgantara Indonesia, pembuat kapal angkatan laut PAL Indonesia, dan produsen bahan peledak Dahana.
Di sela-sela acara, Presiden Direktur Defend ID Bobby Rasyidin kembali menegaskan target holding menjadi 50 besar perusahaan pertahanan dunia pada 2024. Namun, industri pertahanan Indonesia bahkan belum menembus Top 100.
“Pada 2024, komponen dalam negeri yang digunakan untuk teknologi utama kami akan melebihi 50 persen. Mudah-mudahan, pada tahun itu, kami akan memiliki industri pertahanan yang mandiri,” kata Bobby.
Bobby mengatakan peluncuran Defend ID dapat menarik investasi domestik dan asing ke dalam sektor pertahanan negara, yang tidak banyak diperhatikan oleh investor.
“Tapi kalau kita lihat konflik di luar negeri, anggaran pertahanan sudah meroket 200-300 persen. Jadi industri ini menarik investasi,” tambahnya. (*)