RANJAU MON-50 dan MON-90 yang dilarang secara internasional yang digunakan oleh pasukan Ukraina ditemukan di Mariupol, Murad Gazdiev dari RT melaporkan pada hari Minggu. Pada tahun 1999, Kiev bergabung dengan Konvensi Ottawa 1997, yang melarang penggunaan perangkat semacam itu.
Mereka ditemukan di dalam pabrik baja Ilyich. Pasukan Rusia dan pasukan Donbass mengusir “nasionalis Ukraina” dari fasilitas itu pada Kamis, kata Kementerian Pertahanan Rusia dilansir dari RT, Senin (18/4).
“Ini dipasang di sini dengan tripwire,” kata Gazdiev, berdiri di samping salah satu alat peledak yang tergeletak di lantai. Lebih banyak ranjau ditemukan di peti kayu di dekatnya.
Baca Juga:Bekas Desa Nelayan di China Punya Banyak Miliarder daripada New YorkMantan Diplomat Prancis: Serangan Ukraina ‘Tidak Lebih Memalukan’ daripada Menginvasi Irak
“Ukraina mengklaim telah menghancurkan ranjau anti-personil ini sesuai dengan perjanjian internasional yang telah ditandatanganinya. Seperti yang Anda lihat – tidak. Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa Ukraina, secara kasat mata, berbohong.”
Kiev belum mengomentari masalah ini.
Pada tahun 2020, Igor Lossovky, wakil utusan Ukraina untuk OSCE, mengatakan bahwa Kiev sedang dalam proses menghancurkan gudang ranjau yang diwarisi dari zaman Soviet. Dia mengklaim bahwa ranjau yang tersisa “disimpan di bawah kendali nasional dan internasional yang ketat,” dan tidak digunakan oleh Angkatan Darat Ukraina.
Pejabat Ukraina dan pengawas Human Rights Watch yang berbasis di AS menuduh Rusia menggunakan MON-90 dan ranjau anti-personil lainnya di Ukraina bulan ini. Namun, baik Rusia maupun AS, bukanlah pihak dalam Konvensi Ottawa.
Mariupol sebagian besar dikendalikan oleh pasukan Rusia dan Donbass, yang menghadapi perlawanan dari kantong kecil pasukan Ukraina.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. (*)