INTENSITAS hujan yang lebat dalam beberapa hari terakhir melanda provinsi KwaZulu-Natal Afrika Selatan, yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor dan memakan korban lebih dari 440 orang meninggal serta hilangnya tempat tinggal. Tim penyelamat pada Minggu (17/4) masih mencari puluhan orang yang masih hilang .
Dalam catatan sejarah provinsi KwaZulu-Natal, banjir tersebut merupakan terburuk, telah menyebabkan terputusnya aliran listrik dan layanan air yang mengganggu operasional di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika Selatan, Durban.
Perdana Menteri Provinsi Sihle Zikalala mengungkapkan, jumlah korban tewas meningkat menjadi 443, dengan 63 orang lainnya belum ditemukan. Sementara, seorang pejabat ekonomi provinsi menilai, kerusakan infrastruktur lebih dari 10 miliar rand atau sekitar 684,6 juta dolar AS.
Baca Juga:Jurnalis Temukan Ranjau yang Dilarang Internasional Digunakan UkrainaBekas Desa Nelayan di China Punya Banyak Miliarder daripada New York
Di beberapa daerah yang terdampak, warga setempat mengatakan mereka takut dengan hujan lebih banyak, dan beberapa menghadapi penantian yang menyakitkan untuk berita tentang orang-orang terkasih yang hilang.
“Kami tidak kehilangan harapan. Meskipun kami terus-menerus cemas karena hari-hari terus berlanjut,” Sbongile Mjoka, warga desa Sunshine di Kotamadya eThekwini yang keponakannya yang berusia 8 tahun telah hilang selama berhari-hari, melansir Reuters 18 April.
“Kami trauma melihat hujan,” tukas Mjoka kepada Reuters.
Terpisah, ditemukan tiga anggota keluarga Sibiya meninggal dunia saat dinding kamar runtuh dan bocah berusia 4 tahun belum ditemukan, Bongeka Sibiya.
Sementara itu, Kantor Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan pada Sabtu malam, dia terpaksa menangguhkan kunjungan kerja ke Arab Saudi untuk fokus pada bencana tersebut. Presiden Ramaphosa direncanakan mengadakan pertemuan dengan para menteri kabinet untuk mengevaluasi atas respons krisis bencana tersebut.
Ada pun Perdana Menteri Zikalala mengungkapkan dalam jumpa pers yang disiarkan televisi, banjir tersebut termasuk yang terburuk dalam sejarah provinsi tersebut.
“Kita perlu mengubah kehancuran dari bencana ini menjadi kesempatan untuk membangun kembali provinsi kita. Orang-orang KwaZulu-Natal bangkit dari ini,” pungkasnya. (*)