Ringkasnya, politik luar negeri Indonesia berlabuh pada perspektif dan kondisi sejarah pada masa kemerdekaan Indonesia, serta keadaan sistem internasional pada saat itu. Tiga teori berbeda dapat digunakan untuk mempelajari politik luar negeri Indonesia, tetapi teori dasar yang paling erat hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia sejak kemerdekaannya adalah konstruktivisme. Namun, diperlukan lebih banyak tinjauan literatur untuk memahami lebih baik bagaimana menilai kebijakan luar negeri Indonesia, terutama dalam hal teori dan praktik.
Oleh karena itu, di momen G20 mendatang, tuntutan terhadap Indonesia justru lebih besar, bermain politik bebas aktif saja tidak cukup. Setidaknya meski tidak memungkinkan partisipasi Rusia, Ukraina dan Amerika, Indonesia harus bisa memastikan partisipasi negara lain. Jika ini bisa dilakukan, maka solusi lain terkait ekonomi akan mudah dibicarakan.
Adapun upaya perdamaian antara Rusia-Ukraina untuk saat ini, hanya dapat dilakukan jika semua negara setuju untuk membiarkan Rusia-Ukraina berperang terlepas dari sanksi ekonomi dan tidak membantu salah satu pihak dalam penjelasan sederhana untuk menarik semua kepentingan mereka. negara masing-masing dan menutup mata terhadap kedua belah pihak. terkait dengan hal apapun, juga tidak melihat dan melaporkan di media manapun dan dimanapun. Ini mungkin tampak konyol dan sulit dilakukan, tetapi logikanya sederhana.
Baca Juga:Apakah Puasa Aman Bagi Ibu Hamil dan Menyusui?Ternyata Ini Asal Muasal Ondel-Ondel Betawi
Singkatnya, kebijakan Indonesia yang mengutamakan diplomasi dalam upaya perdamaian dapat diterima. Pemerintah harus, bagaimanapun, terus mempersiapkan konsekuensi potensial dari krisis Rusia-Ukraina. Di kedua sisi, Indonesia harus mewaspadai kemungkinan ekonomi yang mungkin muncul akibat perselisihan kedua negara. (*)