Kunjungan Jenderal Kim Il Sung ke Indonesia semakin luar biasa karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-53. Presiden Sukarno melakukan kunjungan ke Gedung Tamu Negara pada tanggal 15 April 1965, untuk menyampaikan salam. Ini adalah hal-hal yang, meskipun kurang lazim daripada prosedur, menunjukkan seberapa dekat mereka. Sukarno mengatakan kepada Kim Il Sung bahwa pemerintah Republik Indonesia dan Komisi Pemberian Gelar Universitas Indonesia telah memutuskan untuk memberinya gelar Doktor Honoris Causa di bidang Teknik.
Acara berlangsung pada sore hari di Istana Negara. Seperti biasa, orang banyak berbaris di sepanjang jalan menuju istana, bersorak-sorai menyambut tamu negara dan menyanyikan “Hidup Perdana Menteri Kim Il Sung.” Para wanita cantik berbusana adat suku mengantri di depan Istana Negara.
Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro, Rektor Universitas Indonesia, dalam sambutannya menegaskan bahwa penghargaan Doktor Honoris Causa ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah berjasa besar bagi umat manusia dan ilmu pengetahuan. “Hari ini kita mendapat kehormatan luar biasa untuk menganugerahkan gelar ini kepada Yang Mulia Perdana Menteri Kim Il Sung,” kata Soemantri.
Baca Juga:Beredar Video Perlihatkan Emosi Emak-emak Kemaluannya Ditendang Polisi, FaktanyaPemerintah Bakal Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Papua Barat
Aspek penting lain dari kunjungan Perdana Menteri Kim Il Sung adalah pertemuannya dengan para pemimpin negara lain yang datang untuk merayakan 10 tahun Konferensi Asia-Afrika. Di antara mereka adalah Perdana Menteri RRC Chou En Lai, Perdana Menteri Vietnam Pham Van Dong, Pangeran Shouphanovong dari Laos, dan Pangeran Shihanouk dari Kamboja. Pertemuan awal Kim Il Sung dengan Shihanouk menandai awal dari persahabatan pribadi mereka yang kuat.
Pada tanggal 20 April 1965, Perdana Menteri Kim Il Sung meninggalkan Indonesia. Ratusan ribu orang Korea menyemangati Kim Il Sung saat dia datang, juga saat dia pergi. Bandara Kemayoran menggelar upacara pelepasan pengunjung negara. Anehnya, pengunjung resmi tambahan, termasuk Perdana Menteri China Zhou Enlai dan Pangeran Shihanouk, ambil bagian dalam rilis tersebut.
Sukarno, tampaknya, tidak mau melepaskan sahabat terdekatnya itu. Sampai-sampai dia berkomentar dalam pidatonya, “Jika saya tidak takut terlihat sombong, saya ingin menjual roda jet itu agar teman saya, Yang Mulia Kim Il Sung, masih ada di sini.”