Masuknya Marsekal Kim Il Sung di bandara Bandung, seperti di Kemayoran, disambut dengan kegembiraan yang cukup besar. Perdana Menteri Kim Il Sung juga menghadiri peresmian Kongres Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Ketiga. Presiden Sukarno menyampaikan rasa hormatnya kepada Korea, yang telah berhasil mengembangkan ekonomi mandiri, dalam upacara ini.
Usai sidang, para tamu negara diajak berkeliling kota Bandung. Sepanjang jalan, orang-orang berdiri menyemangati para tamu negara. Di balai kota, begitu Kim Il Sung turun dari mobil, seorang pramuka maju ke depan untuk menempelkan dasi, lencana, dan topi pramuka kepada Perdana Menteri Kim Il Sung. Malam harinya digelar pertunjukan kesenian khas Jawa Barat.
Pelayaran kembali ke Jakarta dilakukan melalui jalur darat keesokan harinya. Mereka berniat bermalam di Istana Bogor. Para pengunjung berhenti sejenak di Istana Cipanas, di mana mereka bersantai dengan remaja putri berpakaian warna cerah. Pasukan terhenti di Puncak, lebih tepatnya di Riung Gunung. Perdana Menteri Kim Il Sung tidak bisa tidak terkesan dengan pemandangan di depannya. Kim Il Sung tinggal di Bogor selama satu malam.
Baca Juga:Beredar Video Perlihatkan Emosi Emak-emak Kemaluannya Ditendang Polisi, FaktanyaPemerintah Bakal Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Papua Barat
Kim Il Sung pun menyapa ratusan pelajar dan pramuka di Kota Hujan ini. Selain pesta, akan ada pertunjukan seni seperti biasanya. Lagu-lagu yang dinyanyikan pada periode tersebut antara lain “Waktu Potong Padi”, dan tariannya adalah Tari Tenun dan Onghaeya dari Korea. Seniman dari dua negara menyanyikan lagu “Jenderal Kim Il Sung dan Bung Karno Siapa yang Punya ” di penghujung acara.
Puncak perayaan Bogor adalah kunjungan ke Kebun Raya Bogor. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kunjungan tersebut menjadi cukup signifikan karena adanya bunga Kimilsungia. Belakangan, ketika orang Korea, termasuk pejabat tinggi dan warga biasa, berkunjung ke Indonesia, mereka selalu singgah di Bogor.
Pada tanggal 14 April 1965, Kim Il Sung kembali menjadi tuan rumah makan malam kembali untuk Presiden Sukarno. Tim seni Korea muncul di akhir makan untuk menghibur para tamu. Kedua presiden menggarisbawahi kedekatan rakyat Korea dan Indonesia dalam pernyataan mereka, serta keinginan mereka untuk bekerja sama untuk memperkuat kedua negara dan melawan imperialisme.