PADA 17 Agustus 1964, Presiden Indonesia Sukarno mengundang Perdana Menteri Korea Utara Kim Il Sung untuk bergabung dalam perayaan kemerdekaan negara tersebut. Namun, keadaan saat itu mengharuskan kunjungan ulang hanya pada bulan April 1965. Saat itu adalah peringatan sepuluh tahun Konferensi Asia Afrika. Kim Il Sung seharusnya tiba pada 7 April 1965, tetapi tanggal tersebut diundur menjadi 10 April 1965.
Pada hari kedatangannya, seluruh surat kabar Indonesia mencetak memoar Perdana Menteri Kim Il Sung di halaman depan. Jakarta, ibu kota Indonesia, sedang menyambangi barang-barangnya. Ada gambar Presiden Sukarno dan PM Kim Il Sung di jalan-jalan dan di persimpangan jalan, dengan frasa seperti “Hidup Yang Mulia Perdana Menteri Kim Il Sung,” “Hidup Yang Mulia Presiden Sukarno,” dan “Hidup persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Korea.” Sebuah papan reklame besar menggambarkan ikatan imperialisme dan kolonialisme yang hancur di bawah kaki Chollima dan Bull.
Bandara Kemayoran memiliki suasana yang lebih aktif. Ratusan ribu orang, termasuk mahasiswa, anggota partai, ormas, dan rata-rata warga, antusias menyambut kedatangan pengunjung Korea. Di mana-mana ada potret kedua pemimpin itu, serta poster yang mengatakan hal-hal seperti, “Selamat datang Perdana Menteri Kim Il Sung dan rombongannya” dan “Hidup persahabatan rakyat Indonesia dan Korea.”
Baca Juga:Beredar Video Perlihatkan Emosi Emak-emak Kemaluannya Ditendang Polisi, FaktanyaPemerintah Bakal Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Papua Barat
Pesawat Perdana Menteri Kim Il Sung mendarat pukul 13.10 WIB, didampingi satu skuadron pesawat tempur TNI AU. Kim Il Sung, yang mengenakan setelan abu-abu dan topi putih serta tersenyum ceria, turun dari pesawat. Presiden Sukarno, sahabatnya, segera dipeluk.
Kim Il Sung dikawal ke Indonesia oleh pejabat tinggi Korea, termasuk Menteri Luar Negeri Pak Song Chol. Kelompok itu termasuk anggota unik: putra pemimpin, Kim Jong Il, yang masih sangat muda saat itu. Kunjungan ini patut dicatat karena hanya Indonesia yang memiliki perbedaan dikunjungi oleh kedua pemimpin sekaligus dalam sejarah Korea. Setelah lagu kebangsaan dinyanyikan dan Kim Il Sung diberi hormat militer dengan tembakan 21 kali, ia diperkenalkan kepada para pemimpin Indonesia.
Sukarno menyatakan dalam pidato pengukuhannya di Kemayoran, antara lain, bahwa ia berterima kasih kepada tamunya yang luar biasa dan bahwa Indonesia sedang bekerja keras saat ini untuk membangun dunia baru yang bebas dari penindasan. Dalam tanggapannya, Kim Il Sung menyatakan bahwa Korea bersedia bekerja sama dengan Indonesia dalam tujuan bersama. Lebih lanjut, ia mengungkapkan kegembiraannya karena akhirnya bisa mengunjungi Indonesia yang indah dan melihat manfaat dari kemajuannya.