TAMARA Natalia Christina Mayawati Bleszynski atau dikenal sebagai Tamara Bleszynski lahir di hari natal, 25 Desember 1974, dari ayah Zbigniew Błeszyński berdarah Polandia dan ibu Farida Gasik berdarah Sunda.
Tamara memutuskan untuk menganut agama Islam dan mualaf dimulai pada 1995. Ia mulai memiliki ketertarikan dan mempelajari Islam saat menempuh pendidikan di Australia. Kedua orangtuanya bercerai pada 1981, Tamara masih berusia 7 tahun menjadi rebutan dan keputusan pengadilan menyerahkan hak asuh kepada ayahnya, Zbigniew. Di bawah pengasuhan ayah, Tamara Bleszynski dibesarkan dalam iman Katolik.
Perjalanan hidup Tamara Bleszynski hingga menjadi mualaf dimulai saat dia bersekolah di Australia. Jelang matahari terbenam, saat konkow bersama teman-temannya di halaman sekolah, dia menatap ke langit dan melihat bulan sabit dikelilingi bintang.
Baca Juga:Atas Saran Prabowo Subianto, Elite Gerindra Silaturahmi ke Sejumlah Ulama BerpengaruhLOBO Coin Bakal Jadi Mata Uang Digital Properti Pertama di Indonesia
“Saya memahami bahwa pemandangan mengagumkan tersebut sebenarnya sering saya lihat di Indonesia. Bulan sabit yang saya lihat itu adalah perlambang yang ada di menara masjid,” tuturnya.
Tamara mengungkapkan, “Pemandangan itulah yang mengenalkan saya kepada Islam. Saya mensyukuri hidayahNYA justru disaat berada jauh di negeri orang. Sejak peristiwa itu saya tertarik untuk mengetahui Islam lebih dalam.”.
Setelah penampakan itu, Tamara Bleszynski semakin memiliki minat yang tinggi untuk mengenal Islam lebih dalam. Selain itu, alasan lain yang cukup kuat membuat dirinya yakin pada Islam adalah kepatuhan para pemeluknya.
Kemudian, Tamara mempelajari Alquran dan membaca banyak buku kisah para nabi.
“Melalui proses pembelajaran selama beberapa bulan, akhirnya saya tetapkan untuk memeluk agama Islam,” katanya.
Tamara Bleszynski mengungkapkan keputusannya itu kepada kedua orangtuanya. Sosok ibu yang memang seorang muslim, menyambut baik niat dan keputusan putrinya tersebut.
“Di lain pihak, papa tidak mencegah niat baik saya. Beliau berusaha menerima dan mendukung keputusan saya. Mereka adalah orangtua yang sangat demokratis,” ungkapnya lagi.
Baca Juga:Bersiaplah Melompat dari Tempat Duduk Anda, Dia akan KembaliIndonesia Kecam Aksi Kekerasan Israel di Al-Aqsha dan Pembakaran Al-Qur’an di Swedia
Zbigniew Bleszynski cukup lama tinggal di Indonesia, dan memiliki sifat toleransi sangat tinggi terhadap umat muslim. Tamara bahkan seringkali menyumbang untuk pembangunan masjid dan membagikan makanan selama Ramadhan.
Setelah sah menjadi seorang mualaf, Tamara Bleszynski mengakui, tidak gampang menjalankan agama barunya. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah shalat. Untuk bisa memahami gerakan salat, dia rajin mempelajari buku-buku berisi tuntunan salat.