KAROMAH Sunan Bonang terkenal dan kerap membuat takjub. Salah satu karomah sang waliyullah penyebar agama Islam di Pulau Jawa ini ada di tongkat kayu yang kerap dibawanya. Tongkat ini terkenal dengan kesaktian dan karomahnya untuk menyebarkan agama Islam.
Konon sebagaimana dikisahkan dalam buku “Sunan Bonang Wali Keramat : Karomah, Kesaktian, dan Ajaran – Ajaran Hidup Sang Waliullah” karya Asti Musman, ada seorang pendeta brahmana asal India yang hendak menemui Sunan Bonang. Pendeta tersebut bermaksud hendak mengadu ilmu dan kesaktiannya.
Namun nahas sebelum mencapai Tuban dan menemui Sunan Bonang, kapal yang dinaikinya karam dan buku – bukunya raib terbawa arus ombak laut. Ia pun terdampar hingga akhirnya bertemu seorang pemuda yang diketahui Sunan Bonang, tapi ia sendiri tak tahu itu adalah Sunan Bonang.
Baca Juga:Soleno Lolo, Tukang Ojek Distrik Tinggi Nambut Tewas Ditembak KKB di PapuaKKB Goliat Tabuni di Balik Penembakan 2 Tukang Ojek di Puncak Jaya
Kepada pemuda itu, sang brahmana ini menyampaikan maksud kedatangannya ke Tuban. Namun ia akhirnya menolak mengadu kesaktian lantaran buku – bukunya hilang di telan ombak. Seketika mendengar ucapan brahmana tersebut, Sunan Bonang memukul – mukulkan tongkatnya ke tanah beberapa kali.
Tak berselang lama keluarlah air yang kian membesar dari lubang bekas pukulan Sunan Bonang. Buku – buku yang hilang ditelan ombak milik sang pendeta Hindu ini pun turut keluar. Karena penasaran sang pendeta ini bertanya ke pria tersebut, pria tersebut pun menjawab bahwa dirinya adalah murid Sunan Bonang.
Mengetahui jawaban sang pria itu, pendeta yang tak tahu sosok sebenarnya pria itu pun dibuat ketakutan. Kesaktian murid Sunan Bonang saja sudah luar biasa, apalagi guru. Singkat cerita sang pendeta ini masuk Islam dan menjadi murid Sunan Bonang.
Sementara, lambat laun sumber air bekas pukulan Sunan Bonang tersebut kian membesar. Air tawar terus keluar dari tanah, hingga akhirnya berubah menjadi sebuah sumur.
Sunan Bonang pun memerintahkan kepada Sangkya murid barunya itu untuk membuat srumbung semacam pagar. Pagar itu dibuat agar air tak meluap terus ke tanah sekaligus menjaga sumber air ini. Uniknya sumur air tawar ini hanya sekitar sepuluh meter jaraknya dari tepian Pantai Boom di pesisir utara Tuban. Kendati berjarak cukup dekat dengan laut yang memiliki air asin, tapi konon sumur ini tak terasa asin airnya.