“Percakapan topik ini tampak jelas dibangun oleh hanya satu klaster. Sentimen negatif (merah) terhadap Jokowi diperlihatkan melalui ekspresi tagar yang digunakan,” tulis Ismail.
Analisis Drone Emprit soal konten bergambar yang paling banyak dibagikan. Foto: Ismail Fahmi
Ia mengatakan, cuitan yang mengandung gambar atau video biasanya mendapat engagement yang lebih tinggi dibandingkan yang dibuat dengan teks saja.
Baca Juga:Jayapura Diguncang Gempa Bumi 5,2 Magnitudo, Minggu Dini Hari 10 April9 Mei Jadi Batas Waktu Rusia Kuasai Timur Ukraina
Pada cuitan yang menggunakan dua tagar itu, para influencer kerap menyisipkan gambar dengan narasi Turunkan Jokowi, Reformasi Jilid II, Bergerak Sampai Rezim Tumbang, dan lain-lain.
Poster mengandung hoaks yang menggunakan tagar #TURUNKANJOKOWI. Foto: Ismail Fahmi
Cuitan disertai gambar yang paling banyak dibagikan adalah milik akun @Android_AK_47 dengan 1.700 retweet. Gambar tersebut bahkan mengatasnamakan BEM SI, padahal itu terbukti hoaks. Meski telah dihapus, Drone Emprit masih bisa mengambil datanya.
“Hal yg paling indah yang Gw harapkan dibulan Ramadhan ini adalah rezim ini tumbang, qobbul ra robb… #GoodbyeJokowi,” tulis akun itu.
Ismail Fahmi juga menganalisis emosi yang dibawa oleh tiap cuitan #TurunkanJokowi atau #GoodbyeJokowi. Hasilnya, emosi “fear” atau “ketakutan” adalah yang paling sering muncul. Para influencer melalui cuitannya kerap memasukkan kata “ngeri” serta menghasut netizen agar setuju untuk menurunkan Jokowi.
Analisis Drone Emprit soal analisis emosi pada cuitan #TURUNKANJOKOWI. Foto: Ismail Fahmi
Di samping itu, akun-akun tersebut juga sering membuat cuitan random yang ditambahkan tagar #GoodbyeJokowi atau #TurunkanJokowi. Meski tak relevan, cuitan semacam itu bertujuan agar masuk trending. (*)