“Seharusnya kita harus bisa memilah antara Sayyid dan Habib. Apakah dia benar-benar baik, mengajar dengan ilmu dan akhlaknya juga baik, dan dia menjadi panutan?” Salah kaprah antara Habib dan Sayyid ini jadi perhatian Habib Zein.
Ia memberi catatan, tidak semua Sayyid bisa dipanggil Habib. Sebaliknya, setiap Sayid sudah pasti segaris keturunan Nabi. “Sekarang titel Habib itu terjadi degradasi, menjadi panggilan keakraban, untuk akrab,” ujarnya.
Habib Zein bin Umar bin Smith berbicara mengenai sejarah orang-orang Hadhramaut dan bagaimana organisasi Rabithah Alawiyah, yang dibentuk pada 1928 di Batavia, dijalankan hingga kini. Dalam keterangannya seperti diceritakan Ustadz Ananda Alhafidz, keturunan Muhammad al Faqih Muqaddam, dibagi menjadi dua.
Baca Juga:Jokowi Acungkan Tiga Jari Saat Bagi BLT Migor Rp300 Ribu ke Pedagang, Roy Suryo: Semoga Artinya Bukan Bukan Soal Periode YaPPATK Temukan Aliran Dana Investasi Bodong Robot Trading ke 6 Klub Sepak Bola Tanah Air, Signifikan Jumlahnya
Sosok yang banyak dikenal Syekh Abu Bakar, keluarga Al Attas, keluarga Al Habsy. Satu lagi dari ami (ibu) Faqih Muqaddam itu keluarga seperti Al Hadad, bin Smith –itu semua dari Amir Faqih. Kebanyakan keturunan Faqih Muqaddam masih di Hadhramaut, banyak yang hijrah ke arah India. Mereka ada di Gujarat, dan keturunan inilah yang masuk ke Indonesia lewat Aceh.
Melalui keturunan ini ada juga yang pergi ke Thailand dan Kamboja –ini kebanyakan keturunan dari Abdul Malik. Dikarenakan Abdul Malik itu diangkat mantu oleh raja, dia mendapat titel Al Ahmad Khan. Pergi ke Indonesia lewat Aceh, lalu turun ke Palembang dan kemudian ke Jawa. Keluarga Ahmad Khan ini yang menurunkan Walisanga.
Di Indonesia, para keturunan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ini masuk dengan pendekatan kultur lokal. Diikuti, lalu sedikit-dikit digeser, sehingga tidak terjadi peperangan termasuk masuk kepada kesultanan-kesultanan. Maka jadilah Islam di Nusantara tanpa menumpahkan darah. Diakui sebagai dakwah paling efektif yang pernah ada di dunia. Semuanya bisa lihat, masuk tanpa peperangan.
Dengan perkembangan ini, lalu keturunan-keturunan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ini berasimilasi dengan penduduk setempat. Karena para keturunan Alawiyin dari Haddramaut (keturunan dari Ahmad al-Muhajir) yang datang ke sini, pada saat hijrah, ada yang tidak membawa istrinya, ada yang masih bujang. Kemudian menikah dengan orang-orang setempat.